Biodiesel Disebut Mampu Mengurangi Ketergantungan Impor Bahan Bakar
RIAU24.COM - Indonesia saat ini dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia. Bahkan, di Indonesia ada sekitar 20 juta orang yang bergantung kepada komoditas tersebut.
"Sawit ini menyumbang banyak sektor lapangan pekerjaan. Untuk petani sektor hulu jumlanya ada 7 jutaan orang. 2,4 merupakan petani swadaya dan 2,6 pejerja yang menyebar di berbagai perusahaan, plasma," kata Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Rusman Heriawan belum lama ini.
Sehingga wajar jika sektor tersebut terganggu, maka dampaknya sangat luar biasa bagi mereka yang bergantung kepada kelapa sawit ini.
Selain itu, berbicara soal sawit, tanaman tersebut bisa diolah menjadi berbagai macam hal yang bermanfaat. Salah satunya adalah pemanfaatan biodiesel.
Paulus Tjakrawan, selaku Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia menuturkan, ada beberapa keunggulan biodiesel yang dilihat dari tiga aspek, yakni lingkungan, ketahanan energi dan keekonomian.
Untuk segi aspek lingkungan, keunggulan yang dimiliki adalah pertama Biodegradable, lebih tidak beracun dibandingkan solar, bebas Sulphur. Kedua, diproduksi dari tumbuhan/tanaman yang berkesinambungan.
Ketiga, menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca yang lebih kecil dari penggunaan solar, dan mengurangi polusi serta terakhir pada tahun 2019, Biodiesel Indonesia telah berhasil mengurangi emisi dari minyak solar sebesar 45% atau setara dengan ~17,5 Juta Ton CO2 Equivalent.
Sedangkan dari sektor ketahanan energi, keunggulan biodiesel ini adalah mengurangi ketergantungan impor bahan bakar. "Pemakaian bahan bakar di Indonesia sekitar 1,4 Juta Barel perhari, sedangkan Indonesia menghasilkan hanya 778 ribu barel perhari," ujar Paulus.
Kemudian, di Tahun 2019, lanjutnya, produksi Biodiesel untuk domestik sebesar 6,39 Juta Kl ~ 40 Juta Barel (~51 Hari Produksi Minyak Indonesia).
Selanjutnya dari aspek keekonomian, yang menjadi keunggulan dari biodiesel adalah pertama, ini dapat mengentaskan kemiskinan dan memberikan lapangan kerja sekitar 650 ribu petani-pekerja Sawit di sektor hulu. Kedua menghemat devisa sekitar 50 Triliun Rupiah pada 2019 ~ 3,34 Milyar US$.
"Ketiga dapat di produksi dimana saja asal ada bahan baku nya dan keempat potensi lain nya, semisal dari Minyak Kelapa seperti yang di kembangkan di Philippines. Indonesia ber potensi 2,5 juta kl pertahun (3,2 juta ton Kopra dengan rendemen sekitar 68%)" jelasnya.
Dampak Covid-19 Terhadap Kelangsungan Biodiesel
Dikarenakan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia BPDPKS menyebutkan jika penyerapan Biodiesel 30 (B30) saat pandemo corona atau covid-19 berlangsung tidak memenuhi target awal.
Ketua Dewan Pengawas BPDPKS, Rusman Heryawan mengatakan B30 yang menyerap jika dalam kondisi normal tanpa ada covid-19 targetnya 9,6 juta kilo liter untuk biodiesel.
"Tapi karena adanya pandemi covid-19 konsumsi biodiesel berkurang karena kegiatan ekonomi," ujarnya.
Dia menambahkan, pihaknya sebelumnya menargetkan realisasinya sekitar 80 persen dari 9,6 juta kilo liter. "Karena hal itu signifikan dalam menyerap produk sawit Indonesia," ujarnya lagi.
Lantas, apa yang dilakukan pemerintah dan pihak terkait di saat pandemi Covid-19 ini, Paulus menyebutkan ada beberapa program B30 dilakukan adalah pemerintah dan semua pemangku kepentingan bertekad untuk meneruskan program B30, meskipun menghadapi tantangan harga minyak bumi yang turun dan pandemic COVID 19.
"Kemudian, berpotensi pengurangan penggunaan Biodiesel, penyesuaian dukungan BPDPKS, seperti menaikkan pungutan eksport, mengurangi rentang harga solar dan harga Biodiesel, dukungan anggaran Pemerintah dan Investasi yang melambat, baik untuk pengembangan maupun investasi baru," tutur Paulus.