Menu

Makin Nyata, Giliran Singapura Susul Korsel Terjerumus Resesi Ekonomi, Indonesia Harus Ekstra Waspada

Siswandi 24 Jul 2020, 10:53
Singapura, Ilustrasi
Singapura, Ilustrasi

RIAU24.COM -  Resesi ekonomi yang muncul akibat dampak pandemi wabah virus Corona Covid-10, saat ini kian nyata terpampang di hadapan mata. Sejumlah negara maju di Asia sudah mulai merasakannya. Setelah Korea Selatan. saat ini kondisi serupa juga dialami Singapura yang sudah mulai terjerumus resesi ekonomi. Bukan tidak mungkin, Indonesia juga bakal mengalami kondisi yang sama parahnya. Perlu esktra waspada. 

Hal itu dilontarkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad. Pihaknya memprediksi Indonesia juga bakal masuk jurang resesi pada triwulan III-2020. Diperkirakan triwulan II berada di level minus 3,26% hingga minus 3,88%. Sedangkan triwulan III sudah mengalami perbaikan, namun angkanya masih negatif pada kisaran minus 1,3% hingga minus 1,75%.

"(Indonesia) sudah masuk wilayah resesi di triwulan III-2020 karena persoalan ekonomi domestik kita berat di dalam negerinya ketimbang faktor luarnya. Kalau kuartal ke kuartal memang akan ada perbaikan dari kondisi triwulan ke II," lontarnya, Kamis (23/7/2020) kemarin.

Ternyata. hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal. Dilansir detik, pihaknya meyakini Indonesia bakal masuk ke jurang resesi tetapi kontraksinya tidak akan sedalam Singapura mau pun Korea Selatan (Korsel).

Menurutnya, resesi yang dialami Korsel dan Singapura saat ini, disebabkan kedua negara itu lebih banyak bergantung pada perekonomian internasional. Akibatnya, ketika dunia mengalami tekanan hebat seperti yang terjadi saat ini, mereka dengan gampang mengalami kontraksi. 

Sedangkan untuk Indonesia, menurutnya, kondisinya agak mendingan. Hal itu disebabkan ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan dunia tidak sebesar Korsel mau pun Singapura. "Ssehingga dampak dari global ke ekonomi kita tidak sedalam Korsel maupun Singapura," terangnya. 

Jangan Panik 
Meskipun terlihat ngeri, masyarakat diminta jangan panik. Sebab, terang Faisal, kepanikan hanya akan menghantam ekonomi lebih keras.

"Seringkali resesi itu terjadi bukan hanya efek dari luar tapi juga efek secara psikologis masyarakat yang panik. Masyarakat itu merubah perilaku kesadarannya karena tidak bisa bergantung kepada pemerintah. Jadi masyarakat juga harus sadar, harus bisa lebih disiplin lagi untuk bisa menghindari resesi," kata Faisal.

Lebih lanjut, Faisal mencontohkan kepanikan yang harus dihindari. Di antaranya mengambil uang di bank sekaligus alias rush. Jika masyarakat berbondong-bondong melakukan itu, efeknya akan berdampak buruk terhadap sektor keuangan.

"Kalau terjadi penarikan uang secara besar-besaran dari perbankan, ini tadi yang resesi atau tekanan krisisnya yang masih di sektor riil ini berpindah ke sektor keuangan. Sekarang sektor riilnya terpukul tapi sektor keuangan masih relatif sehat. Tapi kalau kemudian uangnya diambil bukan untuk dibelanjakan, tapi takut jadi disimpan di rumah, ini sektor keuangan bisa kolap," terangnya. 

Selain itu, kebiasaan buruk lain seperti memborong barang kebutuhan sehari-hari, juga patut dihindari. Sebab, aksi itu bisa memicu terjadinya kenaikan harga di pasaran. Alias akan membuat kondisi jadi semakin parah. Kondisi ini pernah terjadi, saat wabah Corona Covid-19 mulai melanda Tanah Air. 

"Kebiasaan ini patut dihindari," tegasnya lagi. ***