Menu

Israel Ketakutan Jika AS Jual Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA

Riko 26 Sep 2020, 10:27
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM -  Kepala Angkatan Udara Israel, Amiram Norkin, menyampaikan ketakutan militer negaranya terkait rencana penjualan jet tempur siluman F-35 oleh Amerika Serikat (AS) kepada Uni Emirat Arab (UEA). Menurutnya ketakutan yang dirasakan adalah dampak strategis negatif jangka panjang bagi negara Yahudi tersebut.

Norkin mengatakan kepada Channel 12 bahwa meskipun kemungkinan penjualan belum tentu berdampak negatif langsung bagi Israel, dalam jangka panjang hal itu dapat mengganggu keseimbangan di kawasan dengan cara yang mungkin tidak positif bagi Israel.

“Hal-hal ini tidak tercermin dalam analisis strategis karena membahayakan Israel minggu depan. Ini adalah hal-hal yang bisa menghasilkan proses yang mungkin dalam keseimbangan strategis jangka panjang menjadi kurang optimal bagi negara Israel," ujarnya.

"Ketakutan berasal dari langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil setelah langkah pertama, dan mungkin penyebarannya, yang akan lebih luas," kata Norkin. “Ketakutan juga akan perubahan strategis yang bisa terjadi di kawasan, yang hari ini tampaknya mungkin, dalam sepuluh tahun tiba-tiba akan terasa kurang benar," paparnya.

"Akhirnya kepala staf menyimpulkan posisi militer. Hal-hal ini dibahas dalam proses yang teratur, bukan karena iseng. Dan kami sangat ingin mempertahankan keuntungan kami selama bertahun-tahun di kawasan ini," kata Norkin, yang dilansir Sindonews dari Times of Israel, Jumat 25 September 2020.

Meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berulang kali membantah memberikan persetujuannya untuk penjualan F-35 AS ke UEA, dia diduga telah mengetahui hal itu sebelumnya dan tidak memberi tahu Kementerian Pertahanan dan militer bahwa penjualan tersebut - hingga saat itu dianggap ditangguhkan tanpa batas waktu - tampaknya akan terjadi.

Ditanya apakah langkah itu bisa terjadi meski ditentang oleh perdana menteri, Norkin mengatakan dia tidak tahu, tetapi Israel telah memengaruhi AS di masa lalu tentang masalah mempertahankan superioritas militernya di wilayah tersebut.

Di bawah undang-undang 2008 dan kebijakan puluhan tahun, Amerika Serikat dilarang melakukan penjualan senjata ke negara-negara di Timur Tengah jika Pentagon memutuskan bahwa hal itu akan merusak apa yang disebut Israel "Qualitative Military Edge (QME)".

Dalam beberapa kasus, penjualan senjata yang akan mengancam QME Israel pada akhirnya diizinkan untuk dilakukan asalkan Amerika Serikat mengimbangi potensi bahaya dengan membatasi cara penggunaan peralatan oleh negara lain atau dengan menjual teknologi militer yang lebih kuat ke Israel. Misalnya, di bawah Presiden AS Barack Obama, jet tempur F-16 dijual ke Arab Saudi dengan syarat tidak dapat ditempatkan dalam jarak dekat Israel.