Buntut Tenggelamnya Kapal Selam Buatan Jerman, Petinggi Angkatan Laut Ini Dipecat
RIAU24.COM - Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tenggelam di perairan utara Laut Bali April 2021 menjadi perhatian dunia internasional. Apalagi kemudian dipastikan seluruh personil Nanggala 402 tewas akibat kapal selam itu pecah jadi tiga bagian.
Ingatan publik dunia pun kembali pada peristiwa tragis empat tahun silam yang kejadiannya juga mirip dengan tragedi Nanggala 402. Kapal selam milik Angkatan Laut Argentina, ARA San Juan (S-42) raib saat dalam perjalanan ke markas di Mar Del Palta, setelah mengikuti latihan perang Angkatan Laut Argentina bertajuk Tierra del Fuego.
Dikutip dari laman Viva.comid, kapal selam buatan Jerman Barat 1983 itu dilaporkan hilang di sekitar tenggara Teluk San Jorge, sehingga operasi pencarian penyelamatan dan pertolongan dilancarkan di sekitar perairan itu.
Pencarian besar-besaran dilakukan. Belasan negara turut serta membantu melakukan pencarian. Termasuk Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Spanyol, Inggris hingga NATO.
Tapi, pencarian tak mudah. Terbukti ARA San Juan baru ditemukan setahun sehari dari pertama kali dinyatakan hilang. Kapal selam itu ditemukan oleh kapal riset milik Amerika Serikat, Ocean Infinity pada 16 November 2018 di Selatan Atlantik.
Kondisi saat ditemukan juga sudah hancur, dan dipastikan 44 awaknya gugur dalam peristiwa itu. Karena ditemukan di kedalaman lebih dari 9.000 meter dari permukaan laut.
Namun, ketika itu Argentina benar-benar serius mengusut tuntas penyebab tenggelamnya kapal selam itu. Malahan Menteri Pertahanan Amerika memecat Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Marcelo Srur terkait kecelakaan itu.
Jenderal Angkatan Laut penyandang empat bintang jebolan Akademi Angkatan Laut 1979 itu dipecat di hari yang sama ketika ARA San Juan dilaporkan hilang.
Pertanyaannya, akankah ada pejabat tinggi militer di Indonesia yang bakal dipecat akibat tragedi tenggelamnya kapal Nanggala 402. Kalau berkaca pada berbagai kecelakaan yang pernah terjadi di tanah air, tentu kecil kemungkinannya.***