Kebakaran Hutan Belum Selesai, Banjir Bandang Kini Hantam Turki Bagian Utara
RIAU24.COM - Banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang luar biasa deras melanda pantai utara Turki, meruntuhkan sebuah jembatan dan membuat desa-desa tanpa listrik.
Banjir pada hari Rabu (11/08/2021) terjadi pasca kebakaran hutan terbesar dalam sejarah negara itu menyebar ke barat daya.
Siaran berita negara TRT Haber mengatakan satu orang meninggal karena serangan jantung di provinsi utara Bartin di tengah banjir, dan pekerja darurat sedang mencari orang lain yang hilang.
Tiga belas orang juga terluka setelah sebuah jembatan runtuh di Bartin dan terjadi pemadaman listrik di 12 desa, kata Kepresidenan Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD).
Di provinsi Sinop, 240km (150 mil) timur Bartin, sebuah rumah runtuh karena banjir dan mobil-mobil terdampar di air, menurut rekaman kantor berita Reuters.
zxc1
Bagian utara Turki rentan terhadap banjir bandang di musim panas ketika hujan sangat deras. Tahun lalu, sedikitnya enam orang tewas dalam banjir di wilayah tersebut.
Banjir terbaru terjadi hanya beberapa hari setelah panel iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan peringatan mengerikan bahwa tingkat gas rumah kaca dunia cukup tinggi untuk menjamin gangguan iklim selama beberapa dekade.
Turki, khususnya, telah menghadapi berbagai bencana terkait perubahan iklim dalam beberapa bulan terakhir.
Kebakaran hutan yang mengamuk membakar puluhan ribu hektar hutan di sepanjang pantai selatannya selama dua minggu terakhir.
zxc2
Bulan lalu, Turki mencatat suhu tertinggi sejak 1961 – 49,1C (120,4F) di kota tenggara Cizre.
Kekurangan air terus mengancam produksi pangan dan hubungan dengan tetangga Turki, yang sudah berebut hak atas air, terutama yang berkaitan dengan sungai Efrat dan Tigris.
Situasi tersebut telah meningkatkan tekanan pada Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk bertindak.
Jajak pendapat menunjukkan perubahan iklim adalah salah satu masalah utama bagi pemilih muda di negara itu, dengan tujuh juta lebih pemuda diproyeksikan dapat memilih pada pemilihan berikutnya, yang dijadwalkan pada 2023.
zxc2
Turki tetap menjadi salah satu dari hanya enam negara yang belum secara resmi menyetujui Kesepakatan Iklim Paris, sebuah perjanjian yang berupaya memperlambat laju kenaikan suhu global melalui komitmen individu oleh para penandatangan.
Ankara berpendapat perjanjian itu secara tidak adil mengklasifikasikan Turki sebagai negara "maju" daripada "berkembang", yang menghalanginya untuk mengakses dana tambahan berdasarkan perjanjian itu.