Wanita Katolik Tewas Saat di Ruqyah, Pendeta Klaim Dirasuki Lucifer dan Hitler
RIAU24.COM - Anneliese Michel adalah seorang gadis Jerman yang saat itu berusia 23 tahun. Anneliese meninggal dalam keadaan mengerikan setelah pendeta melakukan ritual pengusiran setan padanya, atau dikenal dengan sebutan eksorsisme atau dalam bahasa Arab dikenal dengan ruqyah.
Eksorsisme adalah sebuah praktik untuk mengusir setan atau makhluk halus jahat dari seseorang yang diyakini sedang kerasukan.
Anneliese lahir pada 1952 di keluarga yang menganut ajaran Katolik. Ibunya sudah kehilangan seorang anak, Martha, saat bocah itu masih berusia 8 tahun. Kematian Martha membuat ibu Anneliese semakin menekan Aneliese untuk menjalani kehidupan yang taat agama.
zxc1
Setahun kemudian, hal serupa terjadi, dan Anneliese dibawa ke dokter. Anneliese mengaku bahwa dirinya mulai melihat warna, mendengar suara dan mengalami euforia saat mengucapkan rosario, dia lalu didiagnosis menderita epilepsi.
Pada 1973, Anneliese mulai menderita halusinasi saat berdoa, hal itu membuatnya semakin yakin bahwa dirinya dikutuk iblis. Selain memohon bantuan dokter, dia juga beralih ke pendeta, namun kondisinya amat buruk untuk ditangani.
zxc2
Setelah berbulan-bulan, gereja setuju untuk melakukan pengusiran setan atau eksorsisme. Pastor Arnold Renz dan Ernst Alt, adalah dua imam dari paroki setempat yang ditugaskan gereja untuk menangani Anneliese.
Selama sepuluh bulan berikutnya, Anneliese menjalani 67 sesi eksorsisme, masing-masing dilakukan selama satu jam. Kedua pendeta mengklaim bahwa Lucifer, Judas Iscariot, Nero, Cain, Hitler, dan Fleischmann, menggunakan tubuh Anneliese sebagai wadah.
Anneliese akhirnya meninggal pada 1976, hasil otopsi mengungkapkan dirinya mengalami gigi patah, badan memar dan mata hitam. Pastor mengungkapkan bahwa sebelum Anneliese meninggal, mereka melihat tanda-tanda stigmata.
Stigmata adalah tanda luka-luka yang dialami Yesus saat dirinya disalib. Stigmata muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang yang biasanya sangat beriman. Beberapa menganggap stigmata sebagai anugerah dari Tuhan.