Kisah Liga 3 yang Gila
RIAU24.COM - Kiper Tornado FC, Taufik Ramsyah meninggal dunia dengan luka retak di tengkorak. Sebelumnya Taufik berbenturan dengan pemain Wahana FC di babak enam besar Liga 3 Zona Riau. Liga 3 dikenal gila. Banyak insiden tak wajar terjadi. Dalam konteks lebih luas, sepak bola Indonesia sudah terlalu banyak memakan nyawa pemain. Pembenahan harus dilakukan.
Kabar meninggalnya Taufik Ramsyah diumumkan lewat akun Instagram klub, @tornadofcpekanbaru. Menyedihkan. Taufik yang digadang-gadang bakal jadi kiper masa depan tim nasional Indonesia harus tutup usia di angka 20 tahun.
“Kabar duka, telah berpulang TAUFIK RAMSYAH. Penjaga Gawang masa depan sepak bola Riau,” tulis keterangan tersebut dikutip Rabu, 22 Desember.
"Yang sejak kecil sangat mencintai olahraga ini. Moment terakhirnya saat sedang mengawal gawangnya dan melakukan profesi yang amat dicintainya ini ... Kini Taufik sudah lebih dulu meninggalkan kita semua dengan semangat, pesan dan buktinya untuk olahraga dan profesi ini.”
Taufik Ramasyah meninggal dunia setelah menjalani operasi kepala di rumah sakit di daerah Pekanbaru. Cedera di kepala Taufik Ramsyah adalah akibat dari benturan yang terjadi di lapangan pada Sabtu, 18 Desember.
Dijelaskan bahwa sesaat setelah benturan di lapangan, Taufik dilaporkan langsung tak sadarkan diri. Pemilik klub Tornado FC, Muflihun memprotes penanganan cedera oleh panitia.
Muflihun menyebut Taufik Ramsyah telah mendapatkan pertolongan medis.
"Ada keluar darah dari hidung sama mulut akibat benturan. Ke depan ini diperhatikan lah panitia. Dia 15 menit setelah kejadian baru dapat pertolongan medis dari panitia pelaksana," kata Muflihun, dikutip Detik.
"Taufik ini kiper masa depan kita dari Riau. Jadi kami kecewa dengan panpel. Ya kalau tidak sanggup jangan jadi panitia. Ini perlu jadi perhatian panitia. Kasihan anak-anak di lapangan ... Kemarin itu sudah terjatuh, lambat datang ambulan, nggak ada oksigen juga di lokasi. Kami sangat kecewa, tolong benahi ini," tambah Muflihun.
Liga 3 dikenal gila. Banyak insiden yang seharusnya tak terjadi dalam pertandingan sepak bola yang waras, justru terjadi di Liga 3. Dilansir dari berbagai sumber, kami himpun sejumlah insiden di Liga 3.
Baru di awal Desember lalu sebuah insiden tercatat di Liga 3. Saktiawan Sinaga, pemain Medan Utama memburu seorang penonton ke tribune Stadion Mini Dispora Sumatra Utara dan melakukan kekerasan terhadap penonton tersebut.
Kejadian bermula dari konflik pemain yang terjadi di lapangan di pertengahan babak pertama. Saktiawan Sinaga awalnya melanggar pemain Tanjungbalai United, M Muchlis.
Pelanggaran itu berlanjut ke pertikaian. Penonton di tribune kemudian menyoraki Saktiawan. Emosi sang pemain terpancing. Ia naik ke tribune dan menendang penonton itu. Insiden itu terjadi terjadi dalam laga lanjutan Liga 3 pada 2 Desember.
November lalu, laga perdana Grup G zona Jawa Tengah antara PPSM Sakti Magelang dan Persak Kebumen di Stadion Moch Soebroto, Magelang diwarnai aksi kekerasan. Seorang pemain PPSM Sakti Magelang, Santino Berti diinjak lehernya oleh Tri Hartanto, pemain Persak Kebumen.
Yang ajaib, wasit hanya memberikan kartu kuning kepada Tri Hartanto. Akibat kejadian itu Santino Berti harus dilarikan dengan ambulans ke rumah sakit.
Di bulan yang sama, kekerasan menyasar wasit. Insiden itu terjadi dalam laga antara Pespa Pasangkayu melawan Persema Mamasa yang digelar di Stadion Gelora Djiwa, Pasangkayu. Dua pemain Pespa Pasangkayu terlibat pemukulan terhadap algojo lapangan.
Insiden lain yang melibatkan wasit terjadi dalam laga antara PSTK Tanjungpinang melawan Biram Dewa Tanjungpinang. Kericuhan pecah karena wasit tak mengesahkan tendangan bebas Biram Dewa Tanjungpinang yang masuk ke gawang PSTK Tanjung Pinang.
Tim Biram Dewa Tanjung Pinang memprotes hakim garis, Wanda Satria. Keputusan pun diubah menjadi gol. Namun keputusan itu malah memancing pemain PTSK Tanjung Pinang menyerbu wasit. Sang wasit dipukul.
Di zona Jawa Timur, kericuhan terjadi dalam laga antara AFA Syailendra melawan Persekap Kota Pasuruan yang digelar di Stadion Untung Suropati, Pasuruan. Kericuhan bermula dari selebrasi Ilham Wibisono usai pertandingan yang dianggap berlebihan.
Ilham Wibisono terlihat menabrakkan tangannya ke badan lawan hingga sang lawan terjatuh. Provokasi itu sukses memancing amarah para pemain Persekap Pasuruan. Ilham tak berhenti. Ia bahkan memukul seseorang, yang belakangan diketahui sebagai Ketua DPRD Kota Pasuruan Ismail Marzuki.