Akui Rusia Negara Kuat, Putin Sebut Sanksi Barat Hanya Akan Merugikan Diri Sendiri: Kesalahan Mereka
RIAU24.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin memberi pernyataan baru soal sanksi internasional terhadap Rusia. Menurutnya, hal ini hanya akan menjadi boomerang bagi Barat.
Putin menilai, sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia justru akan menyerang balik negara Barat, antara lain dalam bentuk kenaikan harga pangan dan energi. Ia menekankan, Moskow akan mampu menyelesaikan masalah ini dan muncul kebih kuat. Putin pun menekankan, tidak ada alternatif untuk apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus di Ukraina.
Menurut Putin, Rusia bukan negara yang dapat menerima kompromi kedaulatannya untuk keuntungan ekonomi jangka pendek.
“Ada pertanyaan, masalah, dan kesulitan. Namun, kami pernah mengatasinya di masa lalu dan mampu mengatasinya saat ini. Pada akhirnya, ini semua akan mengarah pada peningkatan kemerdekaan, swasembada, dan kedaulatan kami," katanya dalam pertemuan pemerintah yang disiarkan televisi dua minggu invasi ke Ukraina, seperti dikutip dari Reuters.
Komentarnya dirancang untuk menggambarkan sanksi Barat sebagai tindakan yang merugikan diri sendiri. Pernyataan ini juga berupa meyakinkan masyarakat Rusia bahwa negara itu dapat menahan apa yang disebut Moskow sebagai "perang ekonomi" melawan bank, bisnis, dan oligarki bisnisnya.
Putin mengatakan Moskow sebagai produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa akan terus memenuhi kewajiban kontraktualnya meskipun telah dikecam dengan sanksi komprehensif, termasuk larangan pembelian minyaknya oleh AS.
"Mereka mengumumkan bahwa mereka menutup impor minyak Rusia ke pasar Amerika. Harga di sana tinggi, inflasi sangat tinggi, telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Mereka mencoba menyalahkan hasil kesalahan mereka sendiri pada kami," katanya.
Melawan Barat, pemerintah Rusia sebelumnya mengatakan telah melarang ekspor peralatan telekomunikasi, medis, mobil, pertanian, listrik dan teknologi, di antara barang-barang lainnya hingga akhir 2022. Lebih dari 200 item dimasukkan dalam daftar penangguhan ekspor, yang juga mencakup gerbong kereta api, kontainer, turbin, dan barang lainnya.
Berbicara dengan tenang, Putin mengakui bahwa sanksi yang dijatuhkan sejak invasi 24 Februari sedang dirasakan Rusia. Permintaan terhadap beberapa kelompok barang mengalami kenaikan. "Tetapi kami tidak ragu bahwa kami akan menyelesaikan semua masalah ini sambil bekerja dengan tenang,” katanya.
Masyarakat Rusia secara bertahap akan menyesuaikan diri dan memahami tidak ada masalah akibat sanksi yang dapat diselesaikan.
Putin mencatat bahwa Rusia adalah produsen utama pupuk pertanian, dan mengatakan akan ada konsekuensi negatif yang tak terhindarkan untuk pasar pangan dunia jika Barat membuat masalah bagi Rusia. Menteri pertaniannya melaporkan pada pertemuan itu bahwa ketahanan pangan negara itu terjamin.
Berbicara pada pertemuan yang sama, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan Rusia telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi arus keluar modal dan bahwa negara itu akan membayar utang luar negerinya dalam rubel, bukan dalam dolar.
"Selama dua minggu terakhir, negara-negara Barat pada dasarnya mengobarkan perang ekonomi dan keuangan melawan Rusia," katanya.
Siluanov mengatakan Barat telah gagal memenuhi kewajibannya kepada Rusia dengan membekukan cadangan emas dan mata uang asingnya.
"Mereka mencoba menghentikan perdagangan luar neger rusia. Dalam kondisi seperti ini, prioritas kami adalah menstabilkan situasi di sistem keuangan," kata Siluanov.