AS Jatuhkan Sanksi ke Pengusaha Rusia dan Pacar Putin Karena Hal Ini
RIAU24.COM - Dalam gelombang hukuman terbaru terkait dengan invasi ke Ukraina, Amerika Serikat memasukkan daftar hitam kekasih Presiden Rusia, Vladimir Putin dan pengusaha yang memiliki perkebunan terbesar kedua di London pada Selasa (2/8).
Beberapa oligarki lain yang dianggap terkait dengan Putin, yakni empat administrator Rusia di wilayah pendudukan di Ukraina, dan sekitar dua lusin institusi dan bisnis teknologi tinggi, termasuk perusahaan elektronik yang didukung negara, juga tunduk pada larangan bisnis AS.
Perkebunan Witanhurst, perkebunan terbesar kedua di London setelah Istana Buckingham, dimiliki oleh miliarder Andrey Grigoryevich Guryev, teman dekat Vladimir Putin.
Pendiri dan mantan wakil ketua PhosAgro, penyedia signifikan bagi pasar pupuk dunia, adalah Guryev.
Hukuman keuangan dikenakan padanya dan putranya, melarang mereka melakukan bisnis dengan entitas AS (termasuk bank dengan cabang AS) dan membekukan aset mereka di bawah yurisdiksi AS.
Alina Kabaeva, mantan pesenam Olimpiade yang sering disebut sebagai pacar Putin, dan Natalya Popova, istri Kirill Dmitriev, kepala dana kekayaan negara yang cukup besar yang dijalankan oleh pemerintah Rusia, keduanya disetujui oleh Departemen Keuangan.
Menurut Departemen Keuangan, Popova bekerja untuk Innopraktika, sebuah perusahaan teknologi yang dimiliki oleh salah satu putri Putin.
Sanksi juga dijatuhkan pada Viktor Filippovich Rashnikov, salah satu pembayar pajak terbesar di Rusia, dan dua perusahaan MMK miliknya, yang merupakan salah satu produsen baja terbesar di dunia.
Departemen Luar Negeri memberi sanksi kepada oligarki menjalankan perusahaan penghasil pendapatan besar-besaran, termasuk Dmitry Aleksandrovich Pumpyanskiy, Andrey Igorevich Melnichenko, dan Alexander Anatolevich Ponomarenko, dalam aksi bersama.
Hukumannya termasuk pembatasan visa.
Daftar lebih dari 900 pejabat Rusia serta 31 pejabat non-Rusia yang tidak disebutkan namanya yang telah mendukung pendudukan Rusia di Krimea dan hampir 900 orang lainnya juga ditambahkan, menurut Departemen Luar Negeri.
(***)