Tahukah Anda, Angka Kematian Warga di Jepang 'Salip' Jumlah Kelahiran, Ini Datanya
RIAU24.COM - Beberapa negara di Asia seperti Jepang menghadapi tantangan penurunan populasi yang signifikan.
Jepang saat ini memiliki 122,4 juta penduduk warga negara. Jumlah tersebut turun dari sebelumnya 128 juta sekitar 15 tahun lalu.
Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah satunya angka kematian di Jepang yang lebih tinggi daripada angka kelahiran.
Pada tahun 2022, jumlah orang yang meninggal di Jepang sebanyak 1,56 juta orang.
Sedangkan, angka kelahiran hanya menyentuh angka 771 ribu bayi lahir.
Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kematian di Jepang bahkan dua kali lebih banyak daripada angka kelahiran.
Menyusutnya populasi bukanlah masalah baru Jepang. Semenjak tahun 1990-an pemerintah Jepang secara bergantian terus mencoba memberikan solusi.
Dengan kabar penurunan populasi warga Jepang yang terus terjadi, pemerintah Perdana Menteri Fumio Kishida telah mengumumkan serangkaian upaya untuk mendorong lebih banyak orang memiliki anak.
Salah satunya dengan mengeluarkan sekitar 20 triliun yen (Rp 2.127 triliun) untuk membuat program dukungan pasangan muda untuk punya anak.
Jumlah tersebut dua kali lebih banyak daripada tahun sebelumnya.
Pemerintah telah setuju melakukan peningkatan tunjangan anak dan melakukan upaya tambahan untuk memberantas kemiskinan dan pelecehan anak.
Ayah baru juga didorong untuk mengambil cuti melahirkan dan dana tambahan yang bisa digunakan untuk fasilitas pra-sekolah. Orang tua juga akan menerima keringanan pajak lebih besar.
"Kami berharap lingkaran sosial yang ramah terhadap pengasuhan anak tersebar ke seluruh Indonesia," kata Kishida dikutip dari DW, Jumat (4/8/2023).
Namun, para kritikus tidak sepenuhnya yakin dengan proposal terbaru.
Mereka memperingatkan bahwa pemerintah sebelumnya juga telah mencoba menggunakan pengeluaran untuk mendorong ledakan bayi, tetapi masyarakat Jepang gagal menanggapinya.
Populasi Jepang menua dengan cepat dan jumlah orang dengan usia di atas 65 tahun sudah mendekati 30 persen.
Negara tetangga seperti China dan Korea Selatan menghadapi masalah serupa dan jumlah warga lanjut usia diperkirakan akan terus meningkat selama tiga dekade ke depan. ***