Ngeri! Pria Kehilangan Lidah gegara Kanker, Gejala Awalnya Efek Makan Pedas
RIAU24.COM - Seorang pria di Inggris, Peter Beckett-Clee, harus kehilangan lidahnya gegara kanker lidah. Tak diduga, gejala yang awalnya kira adalah efek kebanyakan minum soda dan makan pedas rupanya adalah gejala kanker lidah. Bagaimana kejadiannya?
Semua bermula pada Maret 2020. Saat itu, Peter merasakan sensasi aneh di lidahnya. Saat itu, ia mengira lidahnya hanya iritasi ringan gegara kebanyakan mengkonsumsi makanan pedas dan minuman bersoda. Namun gegara rasa tidak nyamannya semakin parah, Peter memeriksakan diri ke dokter gigi.
Peter Beckett-Clee dari Barry kini telah membagikan tanda-tanda peringatan yang membuatnya mengunjungi dokter gigi dan kemudian dokter.
Namun saat itu, dokter gigi salah memberikan diagnosa. Dokter tersebut mengira, masalah pada lidah Peter disebabkan stres atau kemungkinan tergigit saat tidur. Mengikuti saran dokter, Peter pun hanya mencoba mengatasi masalahnya dengan obat kumur. Namun, rasa aneh pada lidahnya tak kunjung hilang.
"Itu bukan kelegaan karena saya tidak ingin (dugaan dokter) benar dan saya tidak ingin jawabannya adalah kanker," ungkap Peter dikutip dari New York Post, Sabtu (5/8/2023).
Peter pun kemudian menjalani tes biopsi di Rumah Sakit Universitas Wales. Dari sanalah, ketakutan Peter terbukti menjadi kenyataan. Ia didiagnosis mengidap kanker lidah dan memerlukan operasi sesegera mungkin.
"Semuanya sangat cepat. Saya tidak benar-benar punya waktu untuk memprosesnya," beber Peter.
Prosedur pembedahan yang dijalani Peter dikenal sebagai glosektomi parsial, yakni pengangkatan separuh bagian lidah. Operasi berlangsung selama sekitar 10 jam, termasuk prosedur penggantian bagian yang dipotong dengan jaringan dari lengan bawah Peter.
Proses pemulihan Peter sempat tersendat saat tempat tinggalnya memberlakukan lockdown akibat pandemi, dua hari setelah Peter memulai perawatan di rumah sakit. Interaksi Peter dengan orang-orang yang berniat mengunjungi pun harus dibatasi. Namun terlepas dari situasi yang sulit itu, Peter membangun ikatan yang erat dengan sesama pasien dan mendukung pemulihan satu sama lain.
Setelah dua minggu dirawat di rumah sakit, Peter dipulangkan dan menjalani terapi wicara dan bahasa untuk membantunya berbicara lagi setelah operasi.
"Untungnya karena National Health Service (NHS) benar-benar luar biasa, pekerjaan yang mereka lakukan dengan saya dan alat membantu memungkinkan saya. Itu segalanya. Mereka adalah pahlawan mutlak," beber Peter.
Dua bulan setelah operasi, Peter memulai program radioterapi selama enam minggu di Pusat Kanker Velindre di Cardiff. Namun saat itu, Peter merasa program radioterapi yang dijalaninya memicu efek yang lebih buruk dibandingkan pasca operasi.
Pasalnya, ia tidak dapat berjalan dalam waktu lama. Selama satu setengah tahun, Peter kesulitan melakukan aktivitas fisik apa pun.
Kabar baiknya, tepat tahun ini Peter dinyatakan sudah tiga tahun hidup bebas dari kanker. Sebagai ungkapan syukur, Peter menggalang dana untuk Velindre Cancer Centre. Baginya, rumah sakit tersebut telah berperan penting dalam proses perawatan dan pemulihannya. ***