Israel Dikabarkan Mundur dari Rencana Serangan Besar-besaran di Rafah
RIAU24.COM - Para pejabat Israel dilaporkan telah membatalkan rencana serangan darat besar-besaran di Rafah. Menurut sejumlah sumber, Israel akan menenangkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan membatasi operasi pada serangan yang dirancang untuk memusnahkan benteng terakhir Hamas di Gaza, tanpa meningkatkan krisis kemanusiaan.
“Saya pikir adil untuk mengatakan Israel telah memperbarui rencana mereka,” ujar seorang pejabat senior AS kepada wartawan dilansir Sindonews. pada Selasa (21/5/2024).
Dia menjelaskan, “Mereka telah memasukkan banyak kekhawatiran yang telah kami ungkapkan." Pejabat pemerintah tersebut berbicara tanpa menyebut nama setelah kunjungan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan ke Israel pada Minggu.
Biden telah berulang kali memperingatkan terhadap serangan besar-besaran di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Gaza mengungsi setelah lingkungan mereka diratakan oleh pemboman Israel di daerah kantong Palestina.
Presiden AS awal bulan ini mengancam akan menghentikan beberapa pengiriman senjata Amerika ke Israel jika invasi Rafah berjalan sesuai rencana. Pembicaraan Sullivan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya membuahkan hasil.
“Ini adalah diskusi yang sedang berlangsung, pembicaraan yang sedang berlangsung,” ujar pejabat AS itu. “Ini konstruktif.”
Netanyahu telah berjanji terus melanjutkan upayanya untuk menghancurkan Hamas, terlepas dari tekanan AS dan protes internasional atas jatuhnya korban sipil di Gaza.
Dia berpendapat pada Maret bahwa Israel tidak dapat memenangkan perang tanpa melenyapkan batalyon Hamas di Rafah. Netanyahu juga mengklaim pasukan Israel telah memusnahkan 19 dari 24 batalyon Hamas di Gaza.
Namun, para pejabat AS mengatakan kepada Politico bahwa hanya sekitar sepertiga pejuang Hamas yang terbunuh sejak perang dimulai pada Oktober, dan sekitar 65% terowongan kelompok pejuang tersebut masih utuh.
Hamas juga telah merekrut ribuan anggota baru di tengah pertempuran dengan Israel Lebih dari 800.000 pengungsi Palestina telah meninggalkan Rafah, dekat perbatasan Gaza dengan Mesir, sejak pasukan Israel mulai melancarkan serangan yang ditargetkan di kota tersebut awal bulan ini, menurut perkiraan PBB.
Pasukan Israel mengeluarkan perintah evakuasi di sebagian Rafah, memaksa warga sipil mengungsi ke daerah yang dipenuhi puing-puing yang sebelumnya dibom. Ketika ditanya apakah revisi rencana Israel akan menyelesaikan masalah yang diangkat Biden, pejabat AS mengatakan rezim Zionis berada di jalur yang benar.
“Saya harus mengatakannya setelah keluar dari Israel beberapa hari terakhir ini, cukup jelas bahwa Israel menanggapi kekhawatiran tersebut dengan serius,” ungkap dia.
Israel telah membunuh lebih dari 35.000 orang di Gaza sejak konflik dimulai, menurut otoritas kesehatan setempat. Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional pekan ini menyerukan penangkapan Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang.