Pilu Pengungsi Konflik Suriah, Hadapi Serangan Israel di Lebanon
RIAU24.COM - Israel terus membombardir wilayah Lebanon usai pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas.
Warga yang ketakutan pun melarikan diri ke pantai untuk menghindari bom, termasuk warga negara Suriah yang kabur ke Lebanon demi menghindari konflik di negara asalnya.
Ratusan keluarga terpaksa tidur di pantai dan di alun-alun ibu kota Lebanon, Beirut, demi mencari tempat berlindung dari serangan udara militer Israel di pinggiran selatan kota itu.
Di antara mereka yang mengungsi, ada yang melarikan diri ke Lebanon untuk menghindari konflik mematikan di tempat lain.
Pengungsi Suriah bernama Fatima Chahine mengatakan kepada Associated Press bahwa dia, suaminya, dan kedua anaknya melarikan diri dari Dahiyeh, tempat pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah terbunuh pada hari Jumat, dengan sepeda motor di malam hari dan langsung menuju pantai umum Ramlet al-Bayda.
"Ada pengeboman di bawah kami dan serangan di atas kami. Kami hanya menginginkan tempat di mana anak-anak kami tidak akan takut," katanya.
Dia mengaku kabur dari perang di Suriah pada 2011. Namun, situasi yang sama kembali dihadapinya di Lebanon.
"Kami melarikan diri dari perang di Suriah pada tahun 2011 karena anak-anak dan kami datang ke sini, dan sekarang hal yang sama terjadi lagi," ujarnya.
Talal Ahmad Jassaf, seorang pria Lebanon yang tidur di pantai bersama keluarganya, mengatakan mereka menghabiskan lebih dari 3 jam berputar-putar di antara sekolah dan tempat penampungan.
"Kami tidak menemukan satu pun yang cukup," ucapnya.
Dia mengatakan harus mempertimbangkan untuk pergi ke wilayah Suriah yang kini relatif aman. Tetapi dia khawatir tentang serangan udara dalam perjalanan.
Keluarga-keluarga juga terlihat berkemah semalam di sekitar alun-alun Martyrs' Square dan tidur di jalanan di pusat kota Beirut.
Kondisi ini mengingatkan orang-orang saat Hizbullah yang didukung Iran berperang dengan Israel pada tahun 2006.
Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi bagi penduduk Dahiyeh, tetapi hanya menyisakan sedikit waktu antara perintah tersebut dan dimulainya serangan tambahan.
Kepala Lebanon Crisis Observatory, Nasser Yassine, mengatakan kepada CNN bahwa lebih dari 100.000 orang telah terdaftar secara resmi sebagai pengungsi.
Dia memprediksi jumlah itu akan meningkat hingga 250.000 orang.
(***)