Sebagai contoh, ketika anak melihat konten YouTube yang gaya bicaranya tidak sopan kepada orangtua, maka mereka cenderung melihatnya sebagai hal wajar.  

"Kosa kata yang sebelumnya tidak tahu jadi tahu. Lalu ada konten penyelesaian masalah, misal YouTuber kalau minta sesuatu ke orangtua dia teriak-teriak, maka ini anak bisa ikutin atau YouTuber hidupnya enak terus ini anak jadi kepengen maka akhirnya banyak banget adopsi hal tersebut. Anak jadi bergeser gaya hidup mereka, sosialisasi mereka, cara bicara mereka karena nonton," ungkapnya.  

Oleh karena itu menurut Aninda, peran orangtua sangat besar dalam membimbing anak. Anak perlu diberi penjelasan, bahwa apa yang mereka lihat di Youtube tidak seluruhnya benar.

"Kita (orangtua) perlu beri penjelasan rasional kepada anak, bahwa tidak semua yang mereka lihat di YouTube atau social media itu 100 persen benar. Ada beberapa yang juga acting. Kita perlu kasih tahu ke anak kalo ini salah, maka yang benar seperti apa," sarannya.