Fakta Mengejutkan, BPS Rilis Jurang Ketimpangan Orang Kaya dan Miskin di Indonesia
RIAU24.COM -Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan gini ratio September 2024 sebesar 0,381, naik dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 0,379.
Ini menandakan jurang ketimpangan orang kaya dan miskin semakin lebar.
"Pada September 2024 terjadi ketimpangan 0,381 atau naik 0,002 bps dari Maret 2024," ungkap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, dikutip Jumat (17/1/2024)
Secara lebih rinci, Amalia mengungkapkan gini ratio pada perdesaan 0,308 atau naik 0,002 bps dibandingkan sebelumnya. Sementara perkotaan juga naik menjadi 0,402.
"Tingkat ketimpangan tertinggi di DKI Jakarta sebesar 0,431, sedangkan terendah di Bangka Belitung dengan angka gini ratio sebesar 0,235," paparnya.
Garis Kemiskinan
Angka garis kemiskinan di Indonesia naik, berdasarkan catatan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2024.
Nilai garis kemiskinan (GK) terbaru sebesar Rp 595.242 per kapita per bulan, atau naik 2,11% dibanding catatan per Maret 2024 senilai Rp 582.932 per kapita per bulan.
Sebagaimana diketahui, BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.
Maka, ketika penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK masuk kategori penduduk miskin.
GK di perkotaan pada September 2024 senilai Rp 615.763 atau naik dibanding catatan per Maret 2024 yang sebesar Rp 601.871.
Sedangkan GK di perdesaan ialah senilai Rp 566.655 dari sebelumnya pada 2023 sebesar Rp 556.874.
Komponen GK ini terdiri dari garis kemiskinan makanan atau GKM dan garis kemiskinan bukan makanan atau GKBM.
GKM pada September 2024 sebesar Rp 443.433 sedangkan GKBM Rp 151.809. Masing-masing juga naik dari catatan Maret 2024 sebesar Rp 433.906 dan Rp 149.026.
Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan masih berupa beras dengan sumbangan terbesar, yakni 21,01 % di perkotaan dan 24,93% di perdesaan.
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (10,67% di perkotaan dan 9,76% di perdesaan).
Komoditas lainnya adalah daging ayam ras (4,61% di perkotaan dan 3,48% di perdesaan), telur ayam ras (4,44% di perkotaan dan 3,62% di perdesaan), mie instan (2,36% di perkotaan dan 1,97% di perdesaan), serta gula pasir (1,72% di perkotaan dan 2,36% di perdesaan).
Komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada GK perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan (8,41% di perkotaan dan 8,47% di perdesaan), bensin (4,24% di perkotaan dan 4,09% di perdesaan), dan listrik (2,99% di perkotaan dan 1,86% di perdesaan).
Urutan selanjutnya adalah sumbangan dari pendidikan (1,81% di perkotaan dan 1,14% di perdesaan; perlengkapan mandi (1,18% di perkotaan dan 1,05% di perdesaan); perawatan kulit, muka, kuku, dan rambut (0,68% di perkotaan dan 0,69% di perdesaan); serta kesehatan (0,66% di perkotaan dan 0,65% di perdesaan).
Persentase penduduk miskin pada September 2024 sebesar 8,57%. Persentase ini menurun 0,46% poin terhadap Maret 2024 dan menurun 0,79% poin terhadap Maret 2023.
Jumlah penduduk miskin pada September 2024 sebesar 24,06 juta orang, menurun 1,16 juta orang terhadap Maret 2024 dan menurun 1,84 juta orang terhadap Maret 2023.
(***)