Menu

Ini Dua Golongan yang Terhalang dari Allah

Muhammad Iqbal 19 May 2019, 09:42
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM - Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam menerangkan jika orang-orang yang terhalang dari Allah (mahjub) merupakan golongan yang menjadikan alam semesta sebagai bukti wujud Allah.

Dikutip dari Bincangsyariah.com, Sabtu, 18 Mei 2109, mereka dibagi dalam dua golongan, yakni kaum awam dan para salik (yang meniti jalan menuju Allah) yang belum mencapai maqam ahli syuhud (orang yang menyaksikan kehadiran Allah dalam segala sesuatu).

Kedua golongan tersebut adalah orang-orang yang menggunakan alam untuk membuktikan wujud Allah. Mereka menggunakan sesuatu yang tidak diketahui (majhul) sebagai dalil untuk membuktikan perkara yang sudah diketahui (ma’lum), menggunakan ketiadaan (‘adam) untuk membuktikan keberadaan (wujud), atau menggunakan perkara yang tersembunyi (khafiyy) untuk membuktikan hal yang lahir dan nyata.

zxc1

Hal itu dikarenakan adanya hijab pada diri orang itu, sehingga dia lebih suka menelusuri sebab-sebab daripada mencari Sang Pembuat Sebab. Menurut Ibnu Athaillah, hal itu sungguh aneh, karena sejak kapan Allah gaib sehingga Dia harus dibuktikan dengan sesuatu yang hadir? Sejak kapan Allah jauh sehingga alam semesta inilah yang akan mendekatkan kita kepada-Nya, padahal alam semesta ini tadinya tidak berwujud? Demikian pertanyaan yang diajukan para ahli syuhûd.

Kemudian, kebalikan dari dua golongan tersebut adalah manusia yang paling kuat tanda didekatkannya mereka kepada Allah (jadzab) yaitu para nabi dan rasul. Mereka yang menggunakan Allah sebagai dalil wujud alam akan mengenal Allah sebagai wujud yang wajib. Dengan kata lain, wujud itu milik Allah semata. Inilah perbedaan mencolok antara dua kelompok tersebut.

Menurut golongan yang terakhir, benda-benda yang hadits (baru), aslinya tidak berwujud. Maka itu, mereka menetapkan bahwa semua yang hadits berasal dari wujud asal, yaitu Allah swt.
zxc2

Mereka menganggap bahwa wujud makhluk bersumber dari wujud Khaliq yang tampak pada diri makhluk. Jika tidak, makhluk itu tidak akan ada. Demikian menurut pandangan ahli syuhud.