Arcandra Ungkap Indonesia tak Lagi Negara Kaya Minyak, Stoknya Malah Kalah Dibanding Malaysia
RIAU24.COM - Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, Indonesia saat ini tidak lagi disebut sebagai negara kaya minyak. Sebab, cadangan yang dimiliki Indonesia saat ini, tinggal 0,2 persen dari cadangan minyak di seluruh dunia. Bahkan dibandingkan dengan Malaysia sekali pun, stok Indonesia sudah kalah banyak.
Hal itu dilontarkannya saat rapat dengar pendapat dengan Banggar DPR, Senin 17 Februari di Gedung Parlemen, Jakarta.
"Cadangan terbukti di bawah 3 miliar barel, ini data 2 sampai 3 tahun lalu, sebesar 0,2 persen Indonesia mewakili cadangan dunia," lontarnya, dilansir tempo.
Dari data tersebut menurutnya, bisa disimpulkan bahwa Indonesia boleh dikatakan bukan sebagai salah satu negara yang kaya minyak, karena cadangan terbukti hanya 0,2 persen dari cadangan dunia.
Namun Arcandra juga mengakui, meski memiliki cadangan minyak yang besar, belum menjamin sebuah negara akan makmur. "Buktinya Venezuela cadangan nomor 1 tapi bukan termakmur," terangnya.
Tak hanya itu, Arcandra juga memaparkan, cadangan minyak milik Malaysia terbukti lebih besar dari Indonesia, yaitu di posisi 7 atau 8 urutan di atas Indonesia. Sedangkan Australia, China memiliki cadangan lebih besar lagi. Sedagkan Arab Saudi berada pada posisi kedua diikuti Iran dan Irak.
Dalam kesempatan itu, pria yang kini menjabat Komisaris Utama PT PGN ini menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, suplai minyak mentah Indonesia tidak tergantung hanya dari negara-negara di Timur Tengah.
"Kalau terjadi konflik di Timur Tengah memang berdampak, tapi bukan berarti kita bergantung hanya pada satu negara," ujarnya lagi.
Dikatakan, minyak mentah impor Indonesia sebesar 29,4 persen berasal dari Nigeria. Selanjtunya yang terbesar Arau Saudi sebesar 41 persen, Australia 14,2 persen dan Aljazair 5 persen. Kelima negara itu yang selama ini menjadi pemasok terbesar minyak mentah ke Indonesia.
Indonesia pernah mengimpor minyak mentah dari Iran sebagai pengganti alternatif dari Saudi Arabia, namun ketika dicoba di kilang Cilacap hasil yang diolah tidak sesuai dengan standar Indonesia.
Menurutnya, bila terjai konflik di Timur Tengah, Indonesia masih dapat impor minyak mentah dari Rusia ataupun Amerika. ***