RIAU24.COM -  Untuk pertama kalinya dalam beberapa dasawarsa, ekonomi China menyusut pada kuartal pertama saat coronavirus melanda negara itu dengan keras dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami penurunan PDB sebesar 6,8% pada Januari-Maret tahun-ke-tahun, menurut data resmi yang dirilis pada Jumat. Ini menandai pertama kalinya sejak 1992 bahwa PDB negara itu jatuh pada kuartal pertama.

Kemerosotan bersejarah dalam ekonomi terjadi setelah upaya untuk menahan virus corona, yang pertama kali muncul di Cina akhir tahun lalu, menutup pabrik, pusat transportasi dan pusat perbelanjaan.

Korban finansial coronavirus terhadap ekonomi Tiongkok akan menjadi perhatian besar bagi negara-negara lain. Cina adalah kekuatan ekonomi sebagai konsumen utama dan penghasil barang dan jasa.

Pada basis kuartal ke kuartal, PDB turun 9,8% dalam tiga bulan pertama tahun ini, kata Biro Statistik Nasional, yang dibandingkan dengan ekspektasi untuk kontraksi 9,9% dan pertumbuhan 1,5% pada kuartal sebelumnya.

Sejak Maret, Cina perlahan-lahan mulai membiarkan pabrik melanjutkan produksi dan membiarkan bisnis dibuka kembali, tetapi ini adalah proses bertahap untuk kembali ke tingkat pra-penguncian.

Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan akan turun dan ini mungkin merupakan laju tahunan paling lambat dalam hampir setengah abad, menurut banyak analis ekonomi.

Negara ini perlahan-lahan kembali ke bisnis seperti biasa tetapi kerugian ekonomi akan sangat membebani ketika China beralih dari krisis coronavirus.

 

 

 

 

R24/DEV