Menu

Tak Mau Kalah dengan Pandemi Corona, Laut China Selatan Terus Memanas, Negara Ini Dituding Jadi Pemicunya

Siswandi 28 Apr 2020, 11:09
Kekuatan Angkatan Laut China yang disebut-sebut terus beroperasi di perairan Laut China Selatan. Foto: int
Kekuatan Angkatan Laut China yang disebut-sebut terus beroperasi di perairan Laut China Selatan. Foto: int

RIAU24.COM -  Kondisi di perairan Laut China Selatan, dikabarkan terus memanas. Kondisi itu disebut-sebut tak terlepas dari aksi militer China, yang dituding mengambil keuntungan saat dunia masih dilanda pandemi virus Corona. Sejauh ini, China dikabarkan terus menancapkan kekuasannya di beberapa areal dalam kawasan itu. Hal itulah yang memantik reaksi dan penolakan dari beberapa negara yang juga mengklaim sebagai si empunya lahan di atas lahan yang diklaim China tersebut. 

Kondisi itu membuat kawasan Laut China Selatan tak ubahnya seperti kawasan Timur Tengah, yang hingga kini terus dilanda konflik dan ketegangan, Sejauh ini, militer AS dan China masing saling balas unjuk kekuatan militer di teritorial laut internasional tersebut. 

Tudingan serius dan mengejutkan sempat dilontarkan Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo, pada pekan lalu. Ketika itu, ia memberikan pernyataan resmi dalam situs resmi Kedutaan Besar AS untuk China, Pompeo menuding bahwa Partai Komunis China mengeksploitasi fokus dunia dalam pandemi Virus Corona atau COVID-19, sementara Negeri Tirai Bambu itu melanjutkan tindakan provokasinya, terutama di wilayah Laut China Selatan.

"China mengeksploitasi fokus dunia pada krisis COVID-19 dengan melanjutkan perilaku provokatifnya," ujar Pompeo, dilansir viva yang mengutip asianikkei, Selasa 18 April 2020. 

Pompeo juga menuding China mengklaim sepihak pembuatan dua distrik administratif di wilayah Laut China Selatan. Bahkan,  Pompeo juga menyebut militer China menenggelamkan sebuah kapal penangkap ikan Vietnam serta pembangunan pusat penelitian di Kepulauan Sparatly.

"China terus mengerahkan milisi maritim di sekitar Kepulauan Sparatly, dengan menyertakan kapal survei energi dalam armadanya untuk tujuan mengintimidasi. AS sangat menentang penindasan Tiongkok dan kami berharap negara-negara lain akan meminta pertanggungjawaban mereka juga," tambahnya. 

Bukti dari Filipina 
Tak hanya AS, pernyataan serupa juga datang dari Angkatan Laut Fiipina. Institusi tersebut mengaku menerima aksi intimidasi yang dilakukan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN).

Awalnya, sebuah kapal perang cepat Angkatan Laut Filipina yang tengah berlayar menuju Commodore Reef di Kepulauan Sparatly, Laut China Selatan. Di tengah laut, kapal Filipina tersebut memantau sebuah kapal berwarna abu-abu di kejauhan. Saat dilakukan kontrak, diketahui kapal itu adalah angkatan perang milik Angkatan Laut China.

Kapal perang Filipina ini sempat melakukan kontak radio kepada kapal tersebut. Akan tetapi, jawaban yang didapat justru respons yang mengintimidasi. Sesaat kemudian, kapal perang China itu disebut mengarahkan moncong senjatanya ke arah kapal perang Filipina.

"Pemerintah China memiliki kedaulatan abadi atas Laut China Selatan, pulau-pulau dan perairan di sekitarnya," bunyi respons kontak radio dari kapal perang China.

Sementara itu, pernyataan yang hampir serupa, dilontarkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang,. 
"China akan secara tegas selalu melindungi kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangungannya. Tidak peduli apapu, tidak peduli kapanpun," lontarnya. 

Sekilas, pernyataannya itu mirip dengan pernyataan pihak AL China saat melakukan kontak dengan AL Filipina yang terjadi di Kepulauan Sparatly. ****