Terungkap, Donald Trump Pernah Puji Presiden China Xi Jinping Setinggi Langit, Ternyata Tujuannya Untuk Ini
RIAU24.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, saat ini sering mengecam China, karena dituding penyebab terjadinya pandemi virus Corona Covid-19. Namun jauh sebelum itu, hubungan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping, terjalin dengan baik.
Trump bahkan pernah memuji Jinping setinggi langit. Ternyata, hal itu dilakukannya agar Jinping membantunya dalam upaya memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat untuk periode kedua. Pilpres itu sendiri akan dilaksanakan pada tahun 2020 ini.
Fakta itu diungkapkan mantan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, dalam buku barunya berjudul The Room Where It Happened. Rencananya, buku itu bakal dirilis pada 23 Juni 2020 mendatang. Namun cuplikannya sudah diberikan kepada media massa di AS.
Dilansir bbcindonesia yang merangkum thenewyorktimes, Kamis 18 Juni 2020, Bolton mengatakan, peristiwa itu terjadi saat Trump dan Jinping bertemu pada pertemuan G20 di Osaka, Jepang, Juni 2019 lalu.
Menurut Bolton, ketika itu Presiden China itu sempat mengeluh karena sejumlah kalangan di AS menyerukan perang dingin yang baru. Ketika itu, Trump berasumsi bahwa Xi Jinping merujuk pada orang-orang Partai Demokrat.
"Trump, secara menakjubkan, mengubah percakapan itu menjadi soal pemilihan presiden AS [pada 2020], dengan menyebut kemampuan ekonomi China dan memohon Xi agar memastikan dirinya menang," tulis Bolton.
"Dia menekankan pentingnya para petani dan pentingnya peningkatan pembelian kacang kedelai serta gandum dari China terhadap hasil pemilihan," tambah Bolton.
Ketika Xi sepakat agar diskusi mengenai produk-produk pertanian menjadi prioritas dalam perundingan dagang, Trump kemudian memuji Jinping setinggi langait dan menyebutnya sebagai "pemimpin terhebat dalam sejarah China".
Tidak Terbit
Terkait buku ini, pemerintahan Trump dikabarkan berusaha mencegah supaya bukut tidak terbit.. Departemen Kehakiman menyebut, buku tersebut memuat sejumlah "informasi rahasia", namun tudinan itu ditepis Bolton mentah-mentah.
Untuk diketahui, Bolton bergabung dengan Gedung Putih pada April 2018 dan hengkang pada September 2019. Saat itu dia mengatakan dirinya memutuskan berhenti sebagai penasihat keamanan nasional. Namun Trump menyebut Bolton dipecat karena perbedaan pendapat yang 'kuat'.
Mengenai percakapan antara Trump dan Jinping di atas, penuturan Bolton ini dibantah Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, pada Rabu (17/06). Lighthizer mengatakan permintaan agar China membantu Trump agar terpilih lagi "tidak pernah terjadi".
Bolton juga menyebut soal percakapan antara Trump dan Xi saat makan malam dalam acara pembukaan pertemuan G20. Ketika itu, keduanya berdiskusi soal pembangunan kamp-kamp di wilayah Xinjiang, bagian barat China.
Trump, kata Bolton, berujar bahwa pembangunan kamp-kamp tersebut seharusnya terus berlangsung karena "itu adalah hal yang benar untuk dilakukan".
Padahal, berbagai kelompok hak asasi manusia telah dengan keras mengritik China mengenai pembangunan kamp-kamp tersebut yang menahan sekitar satu juta orang etnik Uighur dan etnik minoritas lainnya untuk dihukum dan diindoktrinasi.
Buku ini tampaknya bakal menarik perhatian banyak kalangan. Pasalnya, banyak hal yang disinggung Bolton dalam buku itu, terkait borok Trump. Termasuk munculnya isu pemakzulan hingga tudingan Trump terhadap Joe Biden, yang disebut-sebut sebagai kandidat dari kubu Demokrat untuk maju dalam Pilpres AS mendatang. ***