Meski Menghadapi Krisis Pangan, PBB Ungkap Sekitar 17 Persen Makanan Terbuang Secara Global
Para penulis mencatat bahwa laporan tersebut berupaya untuk menawarkan gambaran yang lebih jelas tentang skala masalah yang sulit dinilai, dengan harapan dapat memacu pemerintah untuk berinvestasi dalam pelacakan yang lebih baik.
“Banyak negara belum menghitung limbah makanan mereka, sehingga mereka tidak memahami skala masalahnya,” kata Clementine O'Connor, dari Program Lingkungan PBB dan penulis bersama laporan tersebut.
Limbah makanan semakin menjadi perhatian karena dampak lingkungan dari produksi, termasuk lahan yang dibutuhkan untuk bercocok tanam dan hewan serta emisi gas rumah kaca yang dihasilkan di sepanjang jalan. Para ahli mengatakan pelacakan limbah yang lebih baik adalah kunci untuk menemukan cara untuk meringankan masalah, seperti program untuk mengalihkan sisa-sisa yang tidak dapat dimakan untuk digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk.
Laporan tersebut menemukan limbah makanan di rumah tidak terbatas pada negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat dan Inggris Raya.
Roe dari Ohio State mencatat bahwa makanan kadang-kadang terbuang percuma di negara-negara miskin tanpa pendingin rumah yang dapat diandalkan. Di negara kaya, orang mungkin makan lebih banyak, yang berarti limbah makanan dialihkan dari rumah ke restoran.
Roe mengatakan norma dan kebijakan budaya juga dapat berkontribusi pada limbah di rumah - seperti pengemasan besar-besaran, penawaran "beli satu, gratis satu", atau kurangnya program pengomposan.