Meski Dikecam Dunia, Militer.Myanmar Tetap Tembaki Demonstran, 114 Orang Tewas Kemarin
RIAU24.COM - NAYPYITAW - Meski kecaman keras dari komunitas internasional terus dikumandangkan kepada militer Myanmar, namun tindakan keras terus dilakukan terhadap para demonstran. Buktinya, sebanyak 114 warga sipil tewas di seluruh Myanmar pada Sabtu kemarin.
Pembunuhan terhadap demonstran itu terjadi di 44 kota besar dan kecil di seluruh Myanmar danmenjadi hari protes paling berdarah sejak kudeta militer terjadi bulan lalu.
Menurut outlet berita independen, Myanmar Now, di antara mereka yang tewas dilaporkan adalah seorang gadis berusia 13 tahun. Korban ditembak di rumahnya setelah angkatan bersenjata junta melepaskan tembakan di daerah pemukiman Meikhtila, di wilayah Mandalay. Korban termasuk di antara 20 anak di bawah umur yang tewas sejak dimulainya protes.
Seorang anak laki-laki yang dilaporkan oleh media lokal berusia 5 tahun termasuk di antara setidaknya 29 orang tewas di Mandalay. Sedikitnya 24 orang tewas di Yangon, kata Myanmar Now, menurut Reuters.
"Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata," kata Dr. Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti-junta yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, kepada sebuah forum online seperti dilansir dari CNN, Minggu (28/3/2021).
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kantor PBB di Myanmar menyatakan menentang aksi kekerasan pada hari Sabtu.
"Tindakan keras militer yang berkelanjutan, yang hari ini mengakibatkan korban tewas harian tertinggi sejak demonstrasi menentang kudeta dimulai bulan lalu, tidak dapat diterima dan menuntut tanggapan internasional yang tegas, bersatu dan tegas. Sangat penting untuk menemukan solusi mendesak untuk krisis ini," bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh Farhan Haq, wakil juru bicara sekretaris jenderal PBB.
"Sekretaris Jenderal mengutuk pembunuhan puluhan warga sipil," sambungnya.
Menurut penghitungan terbaru oleh lembaga nirlaba Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 328 orang telah tewas di Myanmar sejak kudeta militer pada 1 Februari.
Jumlah kematian pada hari Sabtu akan membuat jumlah total warga sipil yang terbunuh menjadi lebih dari 400, tetapi jumlah pastinya masih belum jelas. Kelompok bantuan khawatir jumlahnya mungkin lebih tinggi.
"(Merasa) ngeri dengan hilangnya nyawa yang tidak perlu hari ini dengan laporan puluhan orang ditembak mati oleh militer di seluruh negeri, pada hari paling berdarah sejak kudeta," kata kantor PBB di Myanmar.***