Lakukan Pembunuhan Sadis, Kisah Kekejaman Papin Bersaudara Masih Hantui Prancis
RIAU24.COM - Kasus pembunuhan ini diketahui dilakukan oleh sepasang saudara perempuan bernama Christine dan Lea Papin. Bahkan di masa kini, pembunuhan yang mereka lakukan kerap diadaptasi menjadi sebuah film atau pertunjukan teater.
Christine dan Lea Papin menghabiskan masa muda mereka di desa-desa sekitar Le Mans, Prancis Barat. Mereka diketahui memiliki jarak usia 7 tahun dan memiliki seorang kakak perempuan lain bernama Emilia. Putri tertua keluarga Papin itu diketahui memutuskan untuk menjadi biarawati setelah diduga diperkosa oleh ayah kandungnya.
Christine dan Lea tumbuh dalam keluarga difungsional. Mereka kerap menyaksikan kekerasan dan berbagai bentuk penganiayaan.
Pernikahan kedua orangtua mereka sangat berantakan dan kondisi itulah yang kemudian juga mempengaruhi mental Christine dan Lea. Keduanya sempat menjalani terapi mental akibat trauma pasca perpisahan orangtua mereka.
Mereka tumbuh dengan tak terpisahkan, meski keduanya terlihat jarang sering berbicara. Hal ini memberi kesan mengerikan karena seolah mereka bisa berkomunikasi lewat batin.
Setelah bebas dari terapi mental yang mereka jalani, Christine dan Lea kemudian bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Keduanya bersikeras untuk bekerja bersama dan tak mau dipisahkan.
Pada 1926, mereka menjadi pelayan di rumah seorang pria yang merupakan seorang pensiun pengacara di Kota Le Mans, Rene Lencelin. Dirumah itu, Rene tinggal bersama istri dan seorang anak perempuannya.
Sementara anaknya yang lain telah menikah dan hidup terpisah. Di rumah Rene lah kemudian kejahatan mengerikan yang menghantui Prancs terjadi.
Papin bersaudara saat itu diwajibkan bekerja selama 14 jam sehari dan hanya libur setengah hari saja ketika akhir pekan tiba. Hal ini cukup umum bagi pembantu di masa itu. Baik Christine dan Lea, keduanya nampak tak keberatan dengan kewajiban tersebut.
Mereka bekerja dengan kerendahan hati dan rasa hormat. Christine dan Lea juga tak menunjukkan minat terhadap dunia luar dan hanya menghabiskan waktu berdua. Tahun demi tahun berlalu tanpa ada satu pun insiden. Tetapi tepat pada 2 Februari 1933, sebuah insiden mengerikan mengejutkan Rene, sang tuan rumah.
Malam itu seharusnya Rene makan malam bersama dengan sang istri dan teman-teman di kediamannya. Sayangnya ketika ia pulang, Rene menemukan seluruh lampu rumahnya padam. Ia hanya melihat secercah cahaya lilin yang nampak dari ruang tidur Papin bersaudara. Selain itu, seluruh pintu rumah juga dalam kondisi terkunci.
Rene kemudian pergi ke kantor polisi untuk meminta bantuan agar bisa masuk ke rumahnya. Namun, setelah pintu terbuka, Rene menemukan anak dan istrinya telah tewas. Mereka dibunuh dengan cara paling brutal yang pernah ada. Wajah mereka hancur dan bahkan bola mata orang-orang yang Rene cintai itu dicungkil dan tak berada di tempatnya.
Sementara itu, Christine dan Lea ditemukan di dalam kamar mereka dalam kondisi telanjang bulat. Tanpa ragu, keduanya langsung mengaku sebagai pelaku pembunuhan dengan sangat tenang dan tanpa sedikit pun raut penyesalan di wajah mereka. Segera polisi mengumpulkan bukti alat pembunuhan berupa pisau dapur, palu dan panci timah.