Heboh Kelebat Cahaya Merah Muncul di Gunung Semeru, Mbah Rono: Biarkan Fenomena itu untuk Dipercayai Saja
RIAU24.COM - Gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru, meletus akhir pekan kemarin.
Meletusnya Gunung Semeru ini lantas membuat heboh masyarakat Indonesia, termasuk munculnya video cahaya merah berkelebat di Gunung Semeru di media sosial (medsos). Video tersebut ramai disebarkan dan dibahas warganet karena dikaitkan dengan hal mistis.
Dalam video yang beredar, tampak video tersebut seperti diambil dari pos pantau Gunung Semeru. Sebab, seluruh badan Gunung Semeru terekam jelas dalam video tersebut.
Terdengar suara dua orang pria yang mengomentari kemunculan cahaya merah yang berkelebat. Kedua pria tersebut terdengar menangis histeris setelah munculnya cahaya merah.
Mereka juga mengucapkan doa dan meminta pengampunan kepada Tuhan. Mereka berharap kemunculan cahaya merah tersebut sebagai pertanda baik.
Dilansir dari detikNews, Eks Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menghargai kepercayaan yang beredar di masyarakat. Dia tidak menggunakan sudut pandang logika terkait kemunculan cahaya merah di Gunung Semeru tersebut.
"Biarkan masyarakat menerima itu dengan suatu yang dipercayai. Saya tidak ingin membuka itu secara logika," kata Surono dilansir dari detikNews, Sabtu (11/12).
"Kadang makna yang dipercayai lebih dalam daripada berlogika, yang hanya ada komentar 'oooh begitu' and than selesai, untuk lupa. Biarkan fenomena itu untuk dipercayai saja," tambah pria yang akrab dipanggil Mbah Rono ini.
Kemunculan cahaya merah tersebut ada yang mengaitkan dengan berbagai hal, termasuk yang bersifat metafisika.
Mbah Rono menyinggung cerita yang berkembang di masyarakat terkait kemunculan cahaya merah tersebut karena beberapa hal. Sebab, saat ini sudah masuk musim hujan.
Selain itu, kemunculan kelebatan cahaya juga bisa terkait dengan lokasi dan cara peletakan kamera, lensa yang dipakai, hingga kecepatan perekaman video.
"Banyak foto-foto di daerah bencana (dengan banyak korban jiwa) di malam hari yang miskin cahaya, kelebatan benda atau hewan yang pantulkan cahaya menjadi suatu fenomena yang dipercayai, sehingga berkembang cerita yang dikaitkan macam-macam," katanya.
Mbah Rono menyebut harapan yang baik dari masyarakat menjadi semangat untuk pulih dari bencana.
"Saya pilih diam. Biarkan logika akan ditemukan orang yang mempercayai fenomena tersebut. Bila fenomena tersebut dipercayai dan tanda kebaikan, saya lebih baik diam, biarkan itu menjadi spirit dan gelora kebaikan," ujarnya.