Sampai Saat Ini Mayoritas Rakyat Ukraina Masih Gak Percaya Ocehan Joe Biden Tentang Serangan Rusia
RIAU24.COM - Seorang perempuan Ukraina yang melarikan diri dari wilayah Donetsk yang kini dikuasai pemberontak, Oksana Afenkina secara gamblang tak mempercayai pernyataan Presiden AS Joe Biden terkait invasi Rusia yang semakin dekat ke Ukraina.
Wanita yang kini tinggal di ibu kota Ukraina, Kyiv itu hanya menganggap ocehan Biden itu tidak ada apa-apanya kecuali permainan politik yang dirancang untuk membantu Partai Demokrat memenangkan kursi Senat pada musim gugur dikutip dari merdeka.com.
Tambahnya, ucapan Biden itu menurutnya hanya untuk mendapatkan poin politik karena meredakan krisis yang mendekati waktu pemilihan.
"Pada musim gugur, Biden akan terlihat seperti superhero, seorang superman. Karena dia pikirkan soal itu mencegah Perang Dunia III," katanya.
Pernyataan dari Afenkina itu merupakan salah satu di antara mayoritas orang Ukraina yang tidak percaya bahwa Rusia akan menyerang negara meraka dalam waktu dekat.
Bahkan ketika ketegangan memanas dengan penempatan lebih dari 150.000 pasukan Rusia di sepanjang perbatasan di Krimea yang dicaplok dan di negara tetangganya, Belarusia, hanya satu dari lima orang Ukraina yang berpendapat konflik skala penuh tidak bisa dihindari.
Menurut survei Gorshenin Institute, sebuah lembaga survei, yang dilaksanakan antara 2 Februari dan 14 Februari, Hanya 20,4 persen orang Ukraina percata bahwa invasi skala penuh akan segera terjadi, dan hanya 4,4 persen bersikukuh invasi pasti terjadi.
Sebanyak 62,5 persen orang Ukraina berpendapat invasi tidak akan terjadi di masa depan dalam waktu dekat ini.
Beberapa orang Ukraina seperti Afenkina berpendapat negara mereka yang berpenduduk 44 juta itu hanyalah pion dalam permainan geopolitik di AS, alat yang ampuh untuk mengkonsolidasikan dukungan dan meraih suara.
Tahukah jika ketidakpercayaan itu lahir seiring dengan ketidakpercayaan di Barat dengan Amerika.
Meskipun seperti itu, ribuan orang Ukraina tetap berjuang dalam perang terakhir dengan Rusia dan banyak yang sekarang menjadi serdadu cadangan.
Mereka mempersiapkan diri melawan Rusia, sama seperti ketika melawan separatis yang didukung Moskow pada 2014.