Ahli Sebut Air Hujan Berbahaya Sudah Tidak Aman Lagi Diminum, Kenapa?
RIAU24.COM - Sebuah penelitian terbaru memperingatkan, air hujantak lagi aman untuk diminum.
Hal itu karena air hujandi selurh dunia dinilai mengandung zat yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, kesuburan, infertilitas, komplikasi kehamilan, masalah sistem kekebalan, serta peningkatan kolesterol.
Penelitian tersebut mengaitkan keberadaan zat kimiayang sering disebut dengan forever chemicals atau zat kimia abadi yang ditemukan ada pada air hujan di berbagai tempat di dunia.
Penelitian ini sedikit antimainstream, karena penelitian menyoroti kandungan zat kimia abadi di saat belakangan penelitian lain lebih berfokus pada kandungan mikroplastik yang terkandung dalam air hujan yang jatuh.
zat kimia abadi dalam air hujan
Dikutip dari laman USAToday, studi mengenai zat kimia abadi pada air hujan ini merupakan penelitian yang terbit 2 Agustus 2022 dalam jurnal peer-review Environmental Science & Technology.
Para peneliti asal Eropa tersebut menyoroti adanya zat per and polyfluoroalkyl substances atau PFAS yang terkandung dalam air hujan.
PFAS merupakan jenis bahan kimia buatan manusia yang dipakai dalam banyak produk seperti kemasan makanan, pakaian tahan air, dan sebagainya.
PFAS ini bisa ditemukan di banyak tempat termasuk menyebar di atmosfer dan bisa ditemukan di setiap sudut bumi. Hal ini juga termasuk ditemukan dalam air hujan, salju hingga darah manusia.
PFAS disebut sebagai zat kimia abadi karena bisa bertahan hingga ribuan tahun.
Padahal, zat ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, kesuburan, infertilitas, komplikasi kehamilan, masalah sistem kekebalan, serta peningkatan kolesterol.
Kontaminasi ditemukan di Tibet
Kontaminasi PFAS ini bahkan ditemukan di daerah terpencil seperti Dataran Tinggi Tibet, yang menurut peneliti melebihi pedoman EPA sebanyak 14 kali lipat.
"Berdasarkan pedoman AS terbaru untuk PFOA dalam air minum, air hujan di mana-mana akan dinilai tidak aman untuk diminum," kata Ahli Kimia Lingkungan Ian Cousins dari Universitas Stockholm di Swedia sebagaimana dikutip dari Sciencealert.
PFOA adalah varian dari PFAS yang juga berpotensi menyebabkan kanker.
(***)