Yordania Beri Peringatan Keras Pemerintah Israel Soal Perkembangan 'Temple Mount'
RIAU24.COM - Sumber pejabat Yordania dilaporkan telah memperingatkan pemerintah baru Israel yang akan kembali dipimpin Benjamin Netanyahu.
Pejabat itu mengatakan bahwa hubungan bilateral dengan Israel akan terganggu jika pemerintah baru Yerusalem mencoba mengubah pengaturan status quo di Temple Mount.
"Setiap upaya untuk mengubah status quo di Temple Mount pasti akan merusak hubungan antara Yordania dan Israel," kata sumber Yordania dilaporkan penyiar publik Kan pada Ahad (6/11/2022), dikutip laman Time of Israel, Senin (7/11/2022).
Sumber tersebut secara khusus membidik Itamar Ben Gvir, kepala partai ekstremis Otzma Yehudit yang akan menjadi bagian dari koalisi yang berkuasa. Ia telah melakukan tur ke situs tersebut selama masa ketegangan meningkat.
"Ben Gvir mengunjungi situs tersebut dan membuat provokasi akan menjadi cerita yang sangat berbeda jika dia melakukannya sebagai menteri pemerintah," lanjut sumber tersebut.
Ben Givir dan lainnya dalam aliansi Religious Zionism-Otzma Yehudit telah lama mendorong perubahan status quo.
Perubahan tersebut seperti hanya Muslim yang diizinkan untuk beribadah di dalam kompleks sementara orang Yahudi dapat mengunjungi situs paling suci Yudaisme, tetapi tidak berdoa di sana.
Sementara itu pemimpin Partai Likud Benjamin Netanyahu yang memimpin koalisi, telah mengindikasikan bahwa dia terbuka untuk memberi Ben Gvir sebuah jabatan kabinet.
Di antara posisi yang dia tuju adalah Menteri Keamanan Publik, yang akan memberinya kendali atas polisi, badan yang memberlakukan larangan Yahudi beribadah.
Di bawah perjanjian damai 1994 mereka, Israel mengakui Yordania sebagai penjaga Temple Mount, yang menampung Masjid Al-Aqsa.
Temple Mount adalah tempat tersuci dalam Yudaisme dan situs kuil tersuci ketiga dalam Islam.
Israel merebut Bukit Bait Suci dan Kota Tua Yerusalem dari Yordania dalam Perang Enam Hari 1967. Namun, itu memungkinkan Wakaf Yordania untuk terus mempertahankan otoritas keagamaan di situs tersebut.
Perubahan kecil di situs atau pengaturan itu dapat memicu protes yang bisa menjadi bola salju di luar Yordania atau Palestina ke dunia Muslim yang lebih luas.
Pada 2017, keputusan Israel untuk menempatkan detektor logam di pintu masuk ke situs setelah serangan teror di sana menyebabkan kerusuhan berhari-hari, ancaman Yordania dan boikot Palestina.
(***)