Ilmuwan Bongkar Rahasia Bagaimana Manusia Purba Bertahan Hidup Saat Musim Dingin
RIAU24.COM - Manusia purba atau prasejarah yang hidup di Eropa utara lebih dari 300.000 tahun lalu menggunkan kulit beruang untuk bertahan hidup saat musim dingin yang ganas.
Hal tersebut terungkap dalam penelitian terbaru yang diterbitkan Journal of Human Evolution. Penelitian tersebut menguji sisa tulang belulang dari situs arkeologi Schoningen di Lower Saxony, di mana para peneliti menemukan bekas luka di kaki dan sisa tulang kaki beruang gua yang ditemukan di situs zaman batu.
Para peneliti, termasuk mereka yang berasal dari Universitas Tubingen di Jerman, mengatakan temuan baru ini adalah salah satu bukti tertua jenis ini di dunia dari nenek moyang manusia awal, yang mungkin masih belum memiliki ciri anatomis yang sama dengan manusia modern.
"Bekas luka yang baru ditemukan ini adalah indikasi bahwa sekitar 300.000 tahun lalu, orang-orang di Eropa utara bisa bertahan hidup pada musim dingin berkat kulit beruang yang hangat," jelas peneliti Universitas Tubingen, Ivo Verheijen, dikutip dari The Independent, Kamis (5/1).
Penelitian sebelumnya menemukan jaket musim dingin, khususnya pada beruang gua yang telah punah, terdiri dari bulu luar panjang yang membentuk lapisan pelindung udara dan bulu pendek padat selama hibernasi.
Walaupun bekas luka pada tulang ditafsirkan secara umum dalam arkeologi sebagai tanda penggunaan daging, para peneliti mengatakan hampir tidak ada daging yang diambil dari tulang tangan dan kaki.
"Dalam hal ini, kami dapat menghubungkan tanda luka yang halus dan tepat dengan pengupasan kulit yang hati-hati," jelas peneliti Tubingen.
Para ilmuwan mengatakan situs zaman batu tua memainkan peran penting dalam pemahaman manusia purba dan asal usul perburuan karena "tombak tertua di dunia ditemukan di sini."
Biasanya, ketika hanya hewan dewasa yang ditemukan di situs arkeologi, para arkeolog menganggapnya sebagai bukti perburuan, dan di Schöningen mereka mengatakan semua tulang dan gigi beruang adalah milik individu dewasa.
Para peneliti mengatakan, kulit beruang harus diambil segera setelah hewan itu mati karena jika bulunya hilang, kulit berunag tidak dapat digunakan.
Menurut para ilmuwan, lokasi bekas luka pada beruang juga menunjukkan hewan itu dieksploitasi untuk diambil kulitnya. Ini merupakan kunci adaptasi manusia purba terhadap iklim di utara.
Bekas luka yang sangat tipis pada spesimen beruang ini menunjukkan pemotongan yang halus, dan menunjukkan kesamaan pola pemotongan dengan beruang yang ditemukan di situs zaman batu lainnya.
"Jadi hewan tidak hanya dimanfaatkan untuk makanan, tapi bulu mereka juga penting untuk bertahan saat dingin," jelas penulis studi lainnya, Nicholas Conard.
"Kulit beruang punya memiliki sifat isolasi yang tinggi dan mungkin berperan dalam adaptasi hominin Pleistosen Tengah dengan kondisi dingin yang ganas dan musim dingin di Eropa Barat Laut,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut.
***