Lagi dan Lagi! Zelensky Minta Senjata Ke Barat dan Butuh Dikirim Lebih Cepat
RIAU24.COM - Volodymyr Zelensky selaku Presiden Ukraina menyatakan membutuhkan senjata baru dan pengiriman lebih cepat untuk menghadapi serangan dari Rusia yang terus menerus di wilayah timur Donetsk.
Permintaan itu diajukan Zelensky karena saat ini negaranya berada dalam situasi yang sangat sulit.
"Situasinya sangat sulit. Bakhmut, Vuhledar, dan sektor lain di wilayah Donetsk, ada serangan Rusia terus-menerus. Ada upaya terus-menerus untuk menerobos pertahanan kami," kata Zelensky dalam pidato video malam pada Minggu (29/1/2023).
Ia mengatakan Rusia ingin perang berlarut-larut dan menghabiskan pasukan Ukraina.
"Jadi kami harus menyediakan waktu untuk senjata. Kami harus mempercepat peristiwa, mempercepat pasokan, dan membuka opsi senjata baru untuk Ukraina," ujarnya.
Staf Umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan sebelumnya pada hari Minggu bahwa pasukannya menangkis serangan di dekat Blahodatne di bagian timur wilayah Donetsk.
Sebaliknya kelompok militer swasta Wagner Rusia mengatakan telah menguasai desa tersebut. Pernyataan militer kemudian tidak menyebutkan Blahodatne.
Zelensky mengeluarkan seruan terbarunya untuk meningkatkan pengiriman senjata beberapa hari setelah Jerman dan Amerika Serikat setuju untuk memasok tank modern.
Selain tank, Zelensky pada hari Sabtu mengatakan Ukraina membutuhkan rudal ATACMS buatan AS dengan jangkauan sekitar 300 kilometer.
Seorang penasihat presiden mengatakan pembicaraan sedang dilakukan untuk memasok rudal jarak jauh. Selain rudal, Ukraina juga meminta AS menyediakan pesawat tempur.
Dalam sambutan terakhirnya, Zelensky memastikan bahwa bantuan senjata berguna meningkatkan tekanan lebih besar ke Rusia.
"Musuh tidak memperhitungkan personelnya dan meskipun mengalami kerugian besar, mereka tetap mempertahankan intensitas serangannya," katanya.
"Menghadapi serangan ini dibutuhkan ketangguhan yang luar biasa dan kesadaran penuh dari tentara kami bahwa dalam mempertahankan wilayah Donetsk mereka membela seluruh Ukraina."
Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan kembali pada hari Minggu bahwa Jerman tidak akan mengirim jet tempur ke Ukraina.
Scholz baru saja setuju pada hari Rabu untuk mengirim 14 tank Leopard 2 ke Ukraina dan mengizinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengirim tank.
Pengiriman tank itu disepakati setelah perdebatan sengit selama berminggu-minggu dan tekanan yang meningkat dari sekutu.
"Saya hanya dapat menyarankan untuk tidak terus-menerus melakukan perang penawaran dalam hal sistem senjata," kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tagesspiegel.
Scholz dalam wawancara tersebut memperingatkan agar tidak meningkatkan risiko eskalasi. Namun Moskow telah mengecam keras janji pengiriman tank tersebut.
"Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu," kata Scholz.
Ia menambahkan bahwa perlu untuk terus berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Panggilan telepon terakhir antara Scholz dan Putin terjadi pada awal Desember.
"Saya akan berbicara dengan Putin melalui telepon lagi," kata Scholz.
“Tapi tentu saja juga jelas bahwa selama Rusia terus mengobarkan perang dengan agresi yang tidak mereda, situasi saat ini tidak akan berubah,” pungkasnya.
(***)