Hubungan Rusia-China Makin Lengket Walaupun Tuai Kecaman Global
RIAU24.COM - Hubungan China dan Rusia akan terus berlanjut menurut laporan intel baru yang disajikan oleh badan intelijen AS walaupun global mengecam.
Direktur Intelijen Nasional Avril Haines membuat pernyataan itu saat bersaksi di hadapan Komite Intelijen Senat pada Rabu.
Meskipun menerima kecaman dari semua pihak, Rusia dan China ingin memperdalam kerja sama mereka, untuk menantang AS, demikian menurut Haines.
"Terlepas dari reaksi global atas invasi Rusia ke Ukraina, China akan mempertahankan kerja sama diplomatik, pertahanan, ekonomi, dan teknologinya dengan Rusia untuk terus berusaha menantang Amerika Serikat, bahkan karena itu akan membatasi dukungan publik," bunyi pernyataan Haines.
Ketika ditanya oleh seorang Senator apakah hubungan antara Beijing dan Moskow bersifat sementara atau hubungan jangka panjang, Haines menjawab, "Terus diperdalam. Ada beberapa batasan yang akan kita lihat di mana mereka akan pergi dalam kemitraan itu. Kami tidak melihat mereka menjadi sekutu seperti kami dengan sekutu di NATO, tetapi bagaimanapun, kami melihat peningkatan (kerja sama) di setiap sektor."
Pengamatan oleh badan intel top AS datang dengan latar belakang China berulang kali menyangkal bahwa mereka memasok senjata dan amunisi ke Rusia.
Menteri Luar Negeri China Qin Gang, di sela-sela pertemuan parlemen tahunan, mengatakan Beijing diseret secara tidak adil ke dalam konflik.
"China tidak menciptakan krisis. Ini bukan pihak dalam krisis. Dan itu belum menyediakan senjata ke kedua sisi konflik. Mengapa ada kesalahan dan sanksi terhadap China? Ini benar-benar tidak dapat diterima," kata Qin Gang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bulan lalu bertemu diplomat top China Wang Yi di Konferensi Keamanan Munich dan memperingatkannya tentang konsekuensi jika China memasok senjata. Tak lama setelah pertemuan itu, Blinken memberikan wawancara dan menggandakan peringatan itu.
Sementara itu, laporan itu juga menambahkan bahwa Partai Komunis Tiongkok atau PKT tetap menjadi ancaman paling konsekuensial bagi keamanan nasional AS.
"Mungkin tidak perlu dikatakan lagi, Republik Rakyat Tiongkok, yang semakin menantang Amerika Serikat, secara ekonomi, teknologi, politik dan militer, di seluruh dunia tetap menjadi prioritas kami yang tak tertandingi," ungkap Haines.
"Secara singkat, PKT mewakili ancaman utama dan paling konsekuensial terhadap keamanan dan kepemimpinan nasional A.S. secara global, dan ambisi serta kemampuan khusus intelijennya menjadikannya bagi kami saingan intelijen kami yang paling serius dan konsekuensial," tambahnya.
Presiden China Xi Jinping berusaha memenuhi visinya untuk menjadikan China negara adidaya global utama dan itu melibatkan pertumbuhan dengan mengorbankan kekuatan dan pengaruh AS, tambah laporan itu.