Tank Challenger 2 Inggris Kembali Dihancurkan Rusia
RIAU24.COM - Pasukan Rusia kembali berhasil menghancurkan tank Challenger 2 kedua dari 14 tank yang dipasok inggris ke Kiev. Demikian laporan media Rusia pada Sabtu waktu setempat, mengutip pemimpin gerakan sipil lokal dari Wilayah Zaporozhye.
Vladimir Rogov, pemimpin gerakan “Kita Bersama dengan Rusia,” mengatakan kepada RIA Novosti bahwa tank itu diduga tidak dapat dioperasikan setelah hanya menerima satu serangan dari rudal Kornet Rusia.
“Tank-tank Inggris telah mengumumkan musim terbuka pada mereka,” kata Rogov, seraya menambahkan bahwa tank kedua dihancurkan oleh pasukan lintas udara Rusia.
"Senjata yang dipasok oleh Inggris sama terbakarnya dengan peralatan Barat lainnya,” kata Rogov seperti dilansir Sindonews dari RT, Minggu (10/9/2023).
Aktivis tersebut tidak menyebutkan dari mana sumber informasinya.
Baik Kiev maupun Moskow belum secara resmi mengomentari perkembangan yang dilaporkan sejauh ini. London, yang mengonfirmasi penghancuran tank Challenger 2 pertama di Ukraina awal pekan ini, juga tidak memberikan komentar apa pun.
Tank pertama buatan Inggris yang hancur itu juga dilaporkan terkena rudal Kornet Rusia. Sistem rudal Kornet adalah rudal anti-tank berpemandu portabel yang juga dapat dipasang pada kendaraan. Beberapa modifikasinya mampu menghancurkan tank tempur utama dan kendaraan lapis baja lainnya yang dilengkapi lapis baja reaktif eksplosif pada jarak hingga 10 km.
Pada hari Rabu, video tank Challenger 2 pertama yang diduga terkena rudal Kornet muncul di media sosial. Berdasarkan rekaman itu, tank tersebut benar-benar terbakar akibat hantaman rudal Kornet Rusia.
Pada saat itu, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan mungkin ada kerugian material di zona konflik, dan London menerima hal itu.
Dia juga mengatakan kepada wartawan bahwa Inggris tidak berencana mengirim tank tambahan ke Kiev untuk mengganti kerugian tersebut.
Inggris mengirim 14 tank Challenger 2 ke Ukraina awal tahun ini sebagai bagian dari upaya bantuan militer besar-besaran dari Barat, yang sebagian besar mencakup tank Leopard 2 buatan Jerman. Pasokan tersebut dimaksudkan untuk serangan balasan Ukraina yang banyak digembar-gemborkan yang akhirnya diluncurkan pada awal Juni.
Sejak itu, pasukan Ukraina tidak memperoleh kemajuan signifikan di garis depan, dan menderita kerugian besar baik personel maupun peralatan. Pada tanggal 5 September 2023, Kiev kehilangan sekitar 66.000 tentara dan 7.600 persenjataan berat dalam operasi musim panasnya, menurut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu.