Menu

Gak Nyangka, Ternyata Sengeri Ini Dampak Aging Population

Devi 19 Jan 2025, 10:56
Gak Nyangka, Ternyata Sengeri Ini Dampak Aging Population
Gak Nyangka, Ternyata Sengeri Ini Dampak Aging Population

RIAU24.COM - Semakin banyak negara menghadapi tantangan ganda terkait populasi, yakni penyusutan penduduk karena generasi muda memilih enggan punya anak, dan aging population saat populasi yang ada terus menua.
Dikutip dari APNews, China pada Jumat kemarin, mengatakan populasinya menurun selama tiga tahun berturut-turut hingga 2024. Populasi di China tercatat menurun nyaris 1,4 juta orang menjadi 1,408 miliar rupiah.

Pada negara lain di Asia, misalnya, Jepang, populasinya bahkan audah menurun selama 15 tahun. Tren di Korea Selatan tidak jauh berbeda, pertumbuhan penduduk di sana teecatat negatif pada 2021.

Sementara negara di Eropa, yakni Italia, jumlah kelahiran dilaporkan menurun di bawah 400.000 untuk pertama kalinya sejak abad ke-19.

Populasi di Eropa mencapai puncaknya di 63 negara dan wilayah, sekitar setengahnya di Eropa, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB memproyeksikan 48 negara lainnya akan mencapai puncaknya selama 30 tahun ke depan.

Secara global, populasi 8,2 miliar orang masih tumbuh, PBB memproyeksikan akan mencapai 10,3 miliar dalam waktu sekitar 60 tahun dan kemudian mulai menurun. Bagi banyak negara dengan populasi yang menyusut, tren yang bergerak lambat tetapi sulit untuk dibalikkan ini telah mendorong pemerintah untuk menawarkan insentif finansial guna mendorong orang untuk memiliki anak, demi membantu perawatan semakin banyaknya orang tua.

Sekretaris kabinet utama pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, menyebut situasi demografi kritis tahun lalu, enam tahun ke depan akan menjadi kesempatan terakhir bagi Jepang untuk membalikkan tren tersebut.

Populasi Jepang mencapai puncaknya pada 2008 dengan jumlah 128 juta orang dan telah menurun menjadi 125 juta sejak saat itu. Jumlah kelahiran mencapai rekor terendah yaitu 730.000 pada 2023. Survei menunjukkan orang Jepang yang lebih muda semakin enggan untuk menikah atau memiliki anak, putus asa dengan prospek pekerjaan yang suram, biaya hidup yang meningkat lebih cepat daripada gaji, dan budaya perusahaan yang sulit bagi wanita dan ibu yang bekerja.

Populasi Jepang diproyeksikan turun menjadi 87 juta orang pada tahun 2070, ketika empat dari setiap 10 orang akan berusia 65 tahun atau lebih.

China juga semakin menua, sebuah tren yang dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi dan menantang kapasitas pemerintah untuk menyediakan populasi lansia lebih besar dengan lebih sedikit pekerja. Beberapa orang melihat peluang.

Sebuah universitas lansiadi Beijing, ibu kota China, telah mendaftarkan 150 mahasiswa di kelas tari, menyanyi, yoga, dan modeling. Bisnis tersebut belum mencapai titik impas tetapi pendiri Liu Xiuqin percaya pada masa depan pasar, mengingat nilai yang diberikan oleh pensiunan yang lahir pada 1960-an memiliki kualitas hidup dan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Pemerintah juga menaikkan usia pensiun selama 15 tahun ke depan menjadi 63 dari 60 tahun untuk pria, untuk perempuan di pabrik dan pekerjaan kerah biru lainnya dan menjadi 58 dari 55 untuk perempuan di pekerjaan kerah putih. China menyerahkan posisinya sebagai negara terpadat ke India pada 2023, setelah populasinya mulai turun pada 2022.

Perempuan memiliki lebih sedikit bayi meskipun kebijakan satu anak di China dilonggarkan menjadi boleh memiliki tiga anak. Populasi 1,4 miliar orang, masih lebih dari 10 kali lipat populasi Jepang, diproyeksikan akan turun menjadi 1,3 miliar pada 2050. ***