Kisah Tiga Para Generasi Muda yang Bekerja di RAPP, Hanya yang Berkompeten yang Diterima
RIAU24.COM - , PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) membuka kesempatan bagi siapa yang berkompeten untuk bergabung, termasuk generasi kedua. Yang dimaksud dengan generasi kedua adalah karyawan muda RAPP dimana orang tua mereka juga bergabung dengan RAPP. Namun para generasi kedua ini tetap menjalani proses seleksi selayaknya calon karyawan lain yang ingin bergabung.
Berikut beberapa kisah para Generasi Muda yang telah bergabung di perusahaan bubur kertas tersebut.
1. Muhammad Ingga Satria
Muhammad Ingga Satria menceritakan sebelum bekerja di RAPP, ia meraih beasiswa dari perusahaan untuk berkuliah di Akademi Teknologi Pulp dan Kertas (ATPK) di Bandung. Kemudian, setelah lulus, ia langsung bekerja di RAPP. “Jadi kebetulan waktu SMA saya ikut olimpiade matematika, dan pembimbing saya kasih undangan dari Tanoto Foundation untuk dikuliahkan ke Bandung, saya ikut. Dan, Alhamdulillah saya masuk,” tutur Ingga sapaan akrabnya yang kini tengah menjabat sebagai DCS (Distribusi Control System) PM (Paper Machine) 3.
2. Rommy Endrawan
Rommy menjelaskan bekerja di RAPP harus memiliki komitmen yang kuat. Jika tidak serius, lanjut Rommy, mereka akan gagal.
“Jadi kalau bekerja di sini (RAPP) sangat berkomitmen, kalau tidak pantas untuk join di sini tidak akan diterima. Jadi bukan karena siapa bapaknya atau anak siapa. Di sini fair, dia bisa ayo lanjut, kalo dia enggak bisa kita harus cari yang sesuai. Jadi tidak minder, sangat bangga malahan,” lanjut Rommy.
3. Eny Chairani
Sebelum diterima sebagai karyawan RAPP, Eny mengikuti program magang. Magang yang seharusnya dua bulan, Eny malah menjalaninya hingga ia lulus. “Seharusnya dari kampus dua bulan, tapi kebetulan orang kantor cocok dengan kontribusi selama magang, jadi diperpanjang sampai tamatlah,” jelas Eny, yang kini tengah menjabat sebagai Corporate Visit Coordinator.
Dipercaya untuk mengemban tugas oleh RAPP membuat ketiga second generation ini terus berinovasi dan meningkatkan kinerjanya. Hal itu tidak hanya dilakukan untuk perusahaan, tetapi juga untuk membuktikan diri bahwa mereka berkompeten, dan berhasil masuk bukan hanya karena label “anak karyawan” belaka.
“Improvement atau perbaikan itu adalah hal wajib, kalau tidak ada improvement sebentar lagi akan gagal, tidak ada kesuksesan yang bisa diraih. Setiap hari mikir gitu, kalau sekarang sudah beres, besok apalagi masalah yang bisa improve ke depannya,” jelas Eny.(***)
R24/phi