Saat Sriwijaya Air Jatuh, Diawali Dentuman Keras, Lalu Air Laut Naik Hingga Belasan Meter, Sempat Dikira Tsunami
RIAU24.COM - Secara perlahan, satu demi satu fakta terkait musibah pesawat Sriwijaya Air SJ182 terus terkuak. Kali ini adalah kisah saat pesawat naas itu jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pihak Kepolisian setempat menerima laporan dari sejumlah nelayan, yang mengetahui kejadian itu.
Awalnya, para nelayan tersebut mengaku mendengar suara dentuman yang begitu keras. Tak berhenti sampai di situ, permukaan air laut tiba-tiba naik hingga mencapai 15 meter. Mereka pun sempat panik, karena menyangka telah terjadi tsunami.
Kisah itu diungkapkan Kapolres Kepulauan Seribu, AKBP Eko Wahyu, Senin 11 Januari 2021.
"kemarin itu ada tiga nelayan memberikan informasi awal pada saat jatuhnya pesawat ini karena mereka tidak melihat langsung pesawat jatuh itu, tidak. pada saat itu hujan lebat di hari H itu sore sore sekitar jam tiga lewat atau sekitar jam 15.30 WIB-15.50 WIB itu nelayan rajungan," terangnya, dilansir detik.
"Disebutnya ya itu, mendengar suara dentuman keras sekali terus air naik ke atas 10 sampai 15 meter dikira apa ini, bencana, tsunami dan sebagainya. Ternyata setelah air itu naik ada serpihan-serpihan itu diduga ada jatuh kapal, mereka melaporkan Kapospol, kemudian lapor ke Kapolsek akhirnya kan kita tindaklanjuti laporan ke atas," tambahnya lagi.
Bermula dari laporan itu, pihaknya langsung mengecek kejadian awal mula dugaan pesawat jatuh itu.
"Kecamatan Polsek Kepulauan Seribu Selatan turun langsung dengan alat seadanya dengan para nelayan ya yang ditemukan kabel-kabel itu, serpihan kabel-kabel ada empat bagian itu sore itu," terangnya.
Untuk diketahui, proses pencarian Sriwijaya Air SJ182 dilanjutkan kembali hari Senin ini. Dalam hal ini, pihak Kepolisian melakukan back up kegiatan Basarnas sekaligus melibatkan nelayan setempat untuk membantu pencarian badan dan korban.
Menurut Eko Wahyu, pihaknya sudah menginstruksikan dan menyampaikan kepada Babinkamtibmas di Kepulauan Seribu untuk menggerakkan seluruh nelayan-nelayan untuk ikut membantu dalam proses pencarian.
"Karena angin barat ini tidak tahu arahnya serpihan ini ke mana. Jadi seluruh masyarakat sama di tingkat Babinkamtibmas sama-sama mencari dan membantu melakukan pencarian dan semuanya hati akan diarahkan ke sini," paparnya. ***