Ketika Salah Satu Provinsi Terpencil di Indonesia Ini Berjuang Untuk Mendapatkan Vaksin Ditengah Ketakutan Akan Pandemi COVID-19
RIAU24.COM - Viktorious Veni menganggap dirinya salah satu yang beruntung. Guru musik sekolah menengah, yang tinggal di Kupang, ibu kota provinsi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terpencil di Indonesia, mendapat vaksinasi virus corona pada bulan Mei 2021, tetapi ia tahu bahwa banyak orang lain yang tidak seberuntung itu.
“Setiap hari ada perkembangan dan semakin banyak pasien yang dirawat di rumah sakit di Kupang ini. Varian Delta sudah masuk NTT, jadi setiap hari jumlahnya naik, terutama di tempat-tempat seperti Labuan Bajo dan Maumere,” katanya seperti dilansir dari Al Jazeera.
Veni bisa mendapatkan vaksin karena dia adalah seorang guru dan dianggap sebagai pekerja garis depan di Nusa Tenggara Timur tetapi provinsi tersebut, sama seperti daerah lain di Indonesia, telah berjuang dengan peluncuran vaksin yang lamban ditambah dengan lonjakan jumlah kasus virus corona baru.
Hingga saat ini, Nusa Tenggara Timur yang berpenduduk 5,5 juta jiwa telah melaporkan lebih dari 40.000 kasus positif dan lebih dari 800 kematian. Provinsi ini memiliki 29 rumah sakit COVID-19 yang ditunjuk tetapi 17 penuh pada 3 Agustus, menurut situs web Kementerian Kesehatan.
“Rumah sakit juga sudah kelebihan beban, sehingga Gubernur Nusa Tenggara Timur telah meminta dibangunkan rumah sakit khusus COVID-19 untuk menangani sebagian ketegangan tersebut,” Marius Ardu Jelamu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nusa Tenggara Timur mengatakan kepada Al Jazeera.
“Kami berharap ini akan meningkatkan kepercayaan pada penduduk setempat, karena banyak orang stres tentang kemungkinan perlu dirawat di rumah sakit jika tidak ada cukup oksigen atau tempat tidur yang tersedia, sehingga banyak yang membuat keputusan untuk tinggal di rumah meskipun mereka merasa sakit."
Sementara Indonesia telah berhasil mengamankan lebih dari 173 juta vaksin COVID-19 sejauh ini, hanya 46 juta orang yang menerima dosis pertama dan 19 juta vaksin kedua, menurut angka dari Kementerian Kesehatan. Di Nusa Tenggara Timur, yang berencana untuk memvaksinasi 3,8 juta orang, hanya 15 persen dari populasi yang menerima suntikan pertama, dan hanya 7 persen yang menerima rejimen dua dosis penuh pada 30 Juli.
Nusa Tenggara Timur adalah provinsi paling selatan di Indonesia dan terdiri dari lebih dari 1.000 pulau, termasuk Sumba, Flores, dan Timor barat di mana ia berbatasan darat dengan Timor Timur atau Timor-Leste. Karena geografi dan populasi yang tersebar, memvaksinasi penduduk terhadap COVID-19 menghadirkan tantangan yang signifikan bagi otoritas kesehatan.
Pemerintah daerah pada awalnya berharap untuk mencapai target vaksinasi yang ambisius pada akhir tahun, dengan peluncuran vaksin fase kedua yang akan dimulai pada bulan Juli. Sayangnya, masalah dengan pasokan berarti mereka kehilangan tujuan itu.
“Kami masih berusaha berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Kemenkes sudah berjanji akan mendistribusikan vaksin tahun ini agar 70 persen penduduk bisa divaksinasi dan kita bisa mencapai herd immunity,” kata Jelamu. Agar vaksin bisa sampai ke Nusa Tenggara Timur, vaksin harus diterbangkan terlebih dahulu melalui udara baik dari Jakarta atau Surabaya di Jawa atau Denpasar di pulau Bali.
Menurut Jelamu, keputusan pemerintah untuk menggunakan maskapai komersial daripada penerbangan charter khusus untuk mengirimkan pasokan telah menimbulkan masalah. Maskapai penerbangan lokal sering membatalkan penerbangan ke Nusa Tenggara Timur karena penumpang tidak cukup, sehingga pengiriman vaksin tertunda. Jumlah penumpang menurun karena pandemi menyulitkan perjalanan dan Jelamu mengatakan jadwal penerbangan ke Nusa Tenggara Timur semakin tidak menentu.
Dia menambahkan, pemerintah pusat harus mengirimkan vaksin melalui pesawat militer Hercules atau helikopter. “Ini sudah menjadi prosedur standar sebelumnya ketika kami memiliki keadaan darurat medis dan membutuhkan persediaan, seperti ketika Nusa Tenggara Timur dilanda Topan Seroja pada bulan April,” katanya.