Suka Pamer Alat Vital, Awas Alami Penyimpangan Seksual Ekshibisionisme
RIAU24.COM - Heboh ada selebgram RR di Denpasar, Bali ditangkap polisi, Jumat (18/9/2021). Disebut Selebgram cantik itu memanfaatkan aplikasi untuk memamerkan alat vital hingga masturbasi untuk mendapatkan uang.
Kasus pamer alat vital juga beberapa kali meramaikan media sosial (Medsos). Melansir dari CNN Indonesia, ternyata suka pamer alat vital ke orang yang tidak dikenal bisa diduga mengalami ekshibisionisme.
Dokter spesialis kejiwaan dari RS Awal Bros Bekasi Barat, Alvina perilaku ekshibisionisme yaitu penyimpangan seksual (sexual deviation) yang ditandai dengan adanya perilaku memperlihatkan alat kelamin seseorang pada orang tak dikenal.
"Sama seperti gangguan jiwa lainnnya, kondisi ini bisa terjadi karena interaksi faktor biologis (seperti gen), psikologis (kondisi psikologis orang tersebut), dan sosial (seperti pola asuh dan lingkungan)," ujar dokter Alvina.
Tetapi teori ekshibisionisme ini bisa ditelusuri dari masa kecil seseorang. Termasuk dari perkembangan seksualnya sendiri apakah terbentuk dengan baik dalam pola asuh orang tuanya.
Penyakit ini termasuk gangguan jiwa di bawah payung gangguan parafilia atau penyimpangan seksual. Parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus, desakan seksual yang kuat serta berulang dan menakutkan bagi orang lain.
Seseorang bisa mengalami ekshibisionisme kalau ada kecenderungan berulang atau menetap dalam pikiran untuk memamerkan alat kelamin kepada orang tak dikenalnya atau kepada orang banyak di tempat umum tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab.
Seseorang bisa didiagnosis mengalami ekshibisionisme kalau orang tersebut selama waktu sekurangnya enam bulan punya khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual atau perilaku berulang untuk memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang yang tak dikenal dan tak menduganya.
Sehingga berdasar kriteria DSM-IV diagnosis untuk ekshibisionisme, kalau seseorang memamerkan kemaluannya secara berulang namun belum terjadi selama enam bulan, maka belum dikategorikan sebagai penderita ekshibisionisme.
Hanya saja untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan jiwa ekshibisionisme dibutuhkan pemeriksaan lanjutan.