Demi Tutupi Skandal, Pria Terpandang di Negara Ini Tega Ledakkan Jasad Kekasihnya dengan BOM
RIAU24.COM - Pemberitaan tentang mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak yang tidak menolak upaya pemilihan kembali dirinya ke parlemen dalam dua tahun ke depan membuat heboh masyarakat Malaysia, pasalnya dirinya pernah terseret dalam kasus korupsi beberapa waktu lalu.
Selain kasus korupsi, Najib Razak kerap kali terlibat berbagai skandal. Ia pernah terlibat penjualan aset negara sebanyak 65 persen kepada asing, hingga pembungkaman media massa.
Di samping itu, Najib Razak disebut-sebut terlibat pembunuhan kekasih simpanannya yaitu Altantuya Shaariibuu pada tahun 2006 silam.
Atlantuya diculik oleh oknum yang diduga suruhan Najib Razak. Ia kemudian dibunuh dengan ditembak sebanyak dua kali oleh para penculik.
Belum cukup sampai situ, jasad Altantuya kemudian diledakkan dengan bom C4 hingga hancur berantakan.
Padahal pembunuhan dengan bom C4 tidak pernah terjadi sebelumnya di dunia dan baru kali ini lantaran C4 adalah bom berspesifikasi militer. Hanya orang 'dalam' saja yang mempunyai bom tersebut.
Ketika polisi menemukan tempat peledakkan, yang tersisa hanya tulang berserakan dari wanita tersebut.
Tiga orang polisi dan Najib Razak, termasuk seorang anggota Pasukan Gerakan Khas Malaysia, ditangkap oleh pihak berwajib terkait hal ini
Pengadilan mengungkapkan, Najib Razak mengakui punya hubungan spesial dengan Altantuya.
Proses pengadilan menjadi semakin rumit karena disinyalir pembunuhan Altantuya berkaitan korupsi pembelian kapal selam Scorpene Malaysia karena ia menjadi penerjemah bahasa antara Kementerian Pertahanan dan DCNS selaku produsen kapal selam Prancis.
Sehingga ia tahu seluk beluk proses pembelian sampai pembayaran kapal selam Scorpene, untuk alasan itu diduga ia dibunuh.
Juga banyak yang meyakini dengan dibunuhnya Altantuya untuk memuluskan langkah Najib Razak dalam pemilihan PM Malaysia tahun 2009 karena wanita itu bisa membahayakan kampanye politik Najib karena kasus korupsi kapal selam Scorpene.
Kasus ini menjadi buram dan tak diusut oleh pengadilan Malaysia lantaran Najib keburu menjadi Perdana Menteri pada tahun 2009.
Baru pada tahun 2018 ini setelah Najib Razak lengser, pemerintah Mongolia mendesak Malaysia agar melanjutkan penyelidikan terhadap kematian Altantuya untuk mengungkap kebenaran di balik dibunuhnya wanita tersebut.