Buntut Tolak Timnas Israel, Elektabilitas Ganjar-PDIP Melorot Pasca Piala Dunia U-20 Batal Digelar di Indonesia
RIAU24.COM - Peneliti indikator politik Indonesia, Bawono Kumoro memprediksi elektabilitas PDIP-Perjuangan (PDIP) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan melorot jatuh.
PDIP dan sejumlah kepala daerah dari partai itu termasuk pihak yang menyuaraakan penolakan kedstangan timnas Israel.
Bawono awalnya mengaku heran dengan suara lantang dari PDIP dan elite-nya dalam penolakan Timnas Israel. Menurutnya, dalam isu Israel-Palestina, partai itu sebelumnya tak pernah bersuara.
Oleh karenanya, ia berpendapat ada motif politik di balik penolakan Timnas Israel saat ini.
"Meskipun mereka menjadikan sikap Bung Karno di masa lalu sebagai rujukan justifikasi bersikap saat ini, peristiwa seputar isu Israel-Palestina kan gak cuma ini, sebelumnya juga sering, misal ada insiden di Al Aqsa, invasi Israel ke jalur Gaza, tapi apakah elite PDIP atau PDIP bersuara lantang soal itu?," kata Bawono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (30/3).
Motif eksternal, menurutnya, PDIP ingin mengurangi citra sebagai partai yang kurang ramah terhadap pemilih muslim. Sembari mencari peruntungan untuk menggaet ceruk pemilih itu.
"Motif Internal, saya lihat ini ada semacam tes dari PDIP terhadap Ganjar. Tes loyalitas. Tes dari PDIP kalau anda (Ganjar) ingin dicalonkan oleh partai ini, tunjukkan loyalitas anda, caranya adalah Ganjar diminta untuk menyuarakan penolakan," katanya.
Namun, menurutnya langkah yang diambil PDIP itu kurang terukur lantaran justru bisa berefek kepada penurunan elektabilitas partai maupun Ganjar yang menurut sejumlah lembaga survei, memiliki elektabilitas tinggi sebagai calon presiden.
"Rasa kekesalan, ketidaksukaan dari penggila (tifosi) bola kita yang juga bagian dari pemilih. Apalagi ini kan yang dihancurkan mimpinya anak-anak muda, pemilih pemula. Jumlah pemilih usia muda di di pemilu 2024 itu kalau angka 17 sampai 39 tahun, itu kan diperkirakan oleh BPS mencapai 58 persen dari pemilih," katanya.
Menurutnya, ada dua faktor yang membuat daya rusak terhadap elektoral itu bisa berdampak panjang hingga Pemilu 2024.
Pertama, mitigasi yang dilakukan PDIP dan Ganjar untuk mengatasi isu. Kedua, langkah lawan politik memanfaaatkan isu untuk menggerus elektabilitas PDIP dan Ganjar.
"Jadi tergantung dua hal itu, apakah akan terus sampai 320 hari mendatang di 14 Februari. Tapi dalam jangka pendek itu pasti, kalau di survei dalam satu dua bulan ke depan, pasti saya yakin akan ada penurunan," katanya,
(***)