Biaya LRT Capai Rp500 Miliar Per Kilometer, Wapres Jusuf Kalla: Jangan Asal Bangun
RIAU24.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyorot tajam proyek pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT), yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek). Pasalnya, pembangunan itu dinilai jauh dari efisien.
Untuk diketahui, moda transportasi yang dibangun BUMN PT Adhi Karya itu dibangun untuk menghubungkan Jakarta dan kota-kota satelit melalui rel melayang (elevated).
"Jangan asal bangun saja," ujar JK, saat Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat 11 Januari 2019.
Menurutnya, ada beberapa kebijakan dalam pembangunan LRT tersebut, yang dinilainya membuat proyek itu jadi tak efisien.
Yang pertama adalah pola rel yang dibangun secara melayang. Padahal, harga tanah yang berada di perbatasan Jakarta dengan wilayah luar, tidaklah terlalu mahal.
Dengan kondisi ini, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pembangunan rel reguler karena harganya lebih murah.
Kalau di luar kota, lahan masih murah kok. Masa, penduduk tidak ada, kenapa mesti (dibangun) elevated di luar kota?" ujarnya mempertanyakan.
Selain itu, pembangunan rel LRT itu justru dibangun tepat di samping jalan tol Jakarta-Cikampek. Biasanya, pembangunan infrastruktur kereta ringan dilakukan di lokasi berbeda dengan infrastruktur perhubungan yang sudah ada.
"Buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol?" ujarnya lagi.
Tak sekedar itu, JK juga menegaskan, akibat kebijakan-kebijakan seperti itu, biaya pembangunan pun jadi melambung tinggi, mencapai Rp500 miliar per kilometer. Sehingga pihaknya memperkirakan PT Adhi Karya pun bakal kesulitan mengembalikan modal investasi.
"Siapa konsultan yang memimpin ini, sehingga biayanya Rp500 miliar per kilometer? Kapan kembalinya kalau dihitungnya seperti itu?" tandasnya. ***
R24/wan