Menu

Terkuak, Ini Alasan Indonesia Ngotot Jalin Kerjasama Dengan China

Ryan Edi Saputra 27 Jun 2020, 21:09
Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan

RIAU24.COM - JAKARTA - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan alasan terkait hubungan Indonesia dengan China. Alasan-alasan itu disampaikan Luhut sebagai jawaban atas nyinyiran pihak-pihak soal hubungan Indonesia dengan China.

Pertama, Luhut menegaskan bahwa 18% pergerakan ekonomi dunia dikontrol China.

“Dampak COVID-19 ini ada dampak di Tiongkok, kita nyinyir lihat Tiongkok. Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia. Kita suka tidak suka saya harus sampaikan, kita nggak bisa ignore keberadaan dia. Nah ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia,” terang Luhut dalam rapat bersama Banggar DPR RI, Senayan, Senin (22/6). Seperti dikutip dari detik.com (27/06/2020).

Alasan kedua, China memiliki pengaruh kuat terhadap pergerakan ekonomi dunia.

“Supaya anak muda tahu nih ekonomi Tiongkok ini hampir 18% pengaruhnya ke ekonomi global, kalau Amerika Serikat 25%. Maka Anda suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apapun, Tiongkok ini kekuatan dunia yang tak bisa diabaikan,” jelas Luhut dalam sebuah diskusi via Zoom, Jumat (5/6/2020).

Ketiga, Indonesia menganut sistem bebas aktif. Sehingga Indonesia bebas menjalin hubungan dengan semua negara di dunia.

“Kita nggak boleh berpikir sempit, karena dalam UUD 1945 pun kita bebas aktif. Maka kita harus bisa berhubungan sama semua negara di dunia untuk buat negara kita kuat,” jelas Luhut.

“Nggak ada alasan buat permusuhan,” sambung Luhut.

Meski begitu, pemerintah tetap memberlakukan persyaratan ketat bagi kerja sama dan investasi yang masuk dari China. Setidaknya ada lima lima syarat wajib yang harus dipenuhi China bila ingin membangun kerja sama dengan Indonesia.

“Dengan Tiongkok saya pikir investasi terus meningkat. Dan mereka memenuhi kriteria yang kita berikan. Jadi tidak ada tidak. Ada lima kriteria untuk masuk ke Indonesia. Satu, dia harus bawa teknologi. Dua dia harus teknologi transfer, tiga dia harus added value, keempat dia harus melakukan B2B dari tiap itu, kelima dia harus menggunakan tenaga kerja kita sebanyak mungkin,” tegas Luhut.

Luhut juga mengatakan bahwa Indonesia tidak hanya menjalin kerjasama dengan China, tetapi juga dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan di kawasan Timur Tengah. Contohnya dengan Abu Dhabi, untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, negara tersebut menggelontorkan hampir US$ 25 miliar untuk investasi di sini.

“Kita memelihara balance of power antara Timur Tengah, Tiongkok dan Amerika Serikat. Dan sekarang pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan kita dengan tiga-tiga ini, saya boleh katakan sangat baik. Ketika dengan Abu Dhabi untuk pertama kali ada masuk investasi yang masuk hampir US$ 25 miliar sepanjang sejarah republik dan itu semua ongoing,” terang Luhut.